Ketiga, modernisasi terutama terkait digitalisasi dari fitur yang terdapat pada rumah mutlak diperlukan.
Tiga hal tersebut dapat dijalankan dengan catatan, para pengembang harus memperhatikan daya beli masyarakat secara umum.
Di sinilah peran semua pengembang dan investor di dunia properti untuk dapat menahan laju kenaikan harga menjadi lebih rasional.
Jika mengabaikan itu, semua pengembang dan investor akan merasakan beratnya arus kas dalam jangka lebih panjang karena tingkat okupansi yang diprediksi semakin lama semakin turun.
Di negara yang lebih maju saja, sekarang jumlah penyewa lebih banyak ketimbang jumlah pembeli properti.
Untuk pengadaan ruang baru ini sebenarnya sudah dipikirkan oleh pemerintah dengan membangun ibu kota baru.
Selain itu, perlu dipikirkan pengembangan proyek reklamasi dan pembebasan lahan yang lebih humanis.
Akan lebih sempurna saat pengadaan ruang baru ini juga mengakomodasi pelestarian lingkungan hidup di tengah modernisasi area tersebut.
Lingkungan hidup yang bersinergi dengan alam mutlak harus dipikirkan oleh pemerintah dan pengembang properti.
Karena yang terjadi saat ini, hampir semua kota besar mengalami krisis menyempitnya ruang terbuka hijau (RTH).
Lihat saja statistik pandemi secara global yang lebih banyak menghantam perkotaan besar dengan akses RTH yang minim.
Peran pemerintah dan inisiatif pengembang properti sangat diperlukan untuk membantu mengelola dan mengembangkan RTH.
Sementara, untuk penggunaan ruang yang semakin sedikit, pengembang harus mulai memikirkan siasat optimalisasi.
Saat ini, ukuran rumah tapak yang paling cocok untuk pasangan muda menengah atas adalah rumah dua lantai bertipe 6x10 meter persegi atau 6x12 meter persegi dengan tiga kamar.
Sedangkan ukuran apartemen ideal untuk kalangan menengah atas mencakup tiga kamar, serta untuk pasangan muda kelas menengah bawah adalah rumah susun dengan dua kamar.