Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Langkah Taktis Buat Pengembang Bertahan di Industri Properti

Kompas.com - 04/05/2020, 12:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUNGGUH, sewaktu membaca judul Kompas.com pada 27 April 2020 terkait sektor properti yang luluh lantak, saya menduga, ada banyak pelaku bisnis yang sedianya ingin masuk ke sektor ini menjadi semakin berpikir keras.

Jika banyak sektor lain baru terhantam sejak muncul pandemi global Covid-19, sektor ini dikatakan mengalami perlambatan cukup panjang selama tiga tahun terakhir walaupun sejumlah stimulus telah digulirkan.

Ada lima faktor utama yang dapat diduga menyebabkan perlambatan terhadap sektor ini. Faktor pertama adalah daya beli properti masyarakat yang secara umum melemah.

Selain itu minat beli properti generasi milenial yang rendah dan sulitnya pengadaan ruang baru.

Faktor lain adalah penggunaan ruang, baik kerja maupun tinggal, yang semakin lama kian efisien.

Yang terakhir, gaya hidup masyarakat yang mulai berubah akibat bertambahnya jumlah jam kerja rata-rata tenaga kerja di Indonesia.

Untuk mengatasi masalah daya beli, pelaku bisnis di bidang properti harus mampu menawarkan dua skema paket baru.

Pertama, untuk kelas menengah bawah, industri properti harus berani mengeluarkan skema pembayaran cicilan harian sebesar Rp 50.000 per hari untuk dua kamar tidur.

Kedua, untuk kelas menengah sampai menengah atas, industri properti harus berani menyiapkan ruang tiga kamar tidur atau lebih dengan harga lebih kurang sebanding dengan harga mobil sesuai kelas mereka sehari-hari.

Hal ini selaras dengan artikel Kompas.com pada 17 April 2020 yang menyebutkan bahwa rumah di bawah harga Rp 2 miliar paling banyak diminati untuk area Jadebotabek.

Dengan kata lain, besar cicilan rumah selama 20 tahun yang rata-rata diidamkan oleh penduduk kota tersebut harus relatif sebesar cicilan kendaraan bermotor yang mereka gunakan selama 3 tahun.

Tentu saja, dengan kenaikan rata-rata harga properti 10 persen per tahun, ini tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sekitar 5 persen per tahun.

Poin-poin Rekomendasi

Untuk mengatasi minat beli properti generasi milenial, ada tiga rekomendasi taktis yang dapat dijalankan pengembang selama masa Pandemi Covid-19.

Pertama, paket bundling dengan interior rumah. Hal ini sangat diperlukan oleh generasi milenial yang notabene merupakan pasar terbesar di sektor properti.

Kedua, jarak pemukiman dengan pusat perkantoran atau pusat perindustrian harus relatif dekat atau mudah diakses dengan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau