JAKARTA, KOMPAS.com - PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) membukukan lonjakan laba bersih kondolidasi pada tahun 2019 sebesar 145 persen menjadi Rp 92,3 miliar dibanding tahun lalu Rp 37,7 miliar.
Laba ini diperoleh dari pendapatan konsolidasi senilai Rp 4,006 triliun yang tumbuh 8,8 persen dibanding performa tahun sebelumnya yang mencapai Rp3,681 triliun.
Investor Relation SSIA Erlin Budiman menuturkan menuturkan, properti dan konstruksi menjadi kontributor terbesar dengan kenaikan masing-masing 33,2 persen dan 6,4 persen.
Rinciannya, properti mencetak angka Rp 588,2 miliar dibanding Rp 441,6 miliar, dan konstruksi menyumbang Rp 2,611 triliun berbanding Rp 2,453 triliun.
"Sementara pendapatan segmen bisnis perhotelan tumbuh tipis 1,1 persen menjadi Rp 811,4 miliar dibanding Rp 802,8 miliar," kata Erlin dalam keterangannya kepada Kompas.com, Jumat (1/5/2020).
Baca juga: 2019, Surya Semesta Fokus Pengembangan Subang City of Industry
Adapun laba kotor SSIA tahun 2019 sekitar Rp 1,091 triliun atau meningkat 11,3 persen dari performa 2018 sebesar Rp 980,9 miliar.
Untuk segmen EBITDA, SSIA mencetak Rp 533,0 miliar, atau 17,2 lebih tinggi ketimbang tahun sebelumnya dengan angka Rp 454,9 miliar.
Pertumbuhan juga terjadi pada kas perusahaan yang mencapai 11,2 persen menjadi Rp 1,527 triliun, dari sebelumnya sekitar Rp 1,372 triliun.
Menurut Erlin, SSIA telah menarik pinjaman dari International Finance Corporation (IFC) sebesar 50 juta dollar AS dari total fasilitas kredit 100 juta dollar AS pada pertengahan September 2019.
Pinjaman ini dilindungi oleh Cross Currency Interest Rate Swap. Oleh karena itu SSIA menerima Rp 702,5 miliar dengan bunga tetap 10,06 persen untuk periode pinjaman hingga Juni 2026.
Sementara itu utang kena bunga untuk periode 2019 sebesar Rp 1,855 triliun berdampak pada gearing ratio (jumlah pinjaman dibandingkan modal) berada di level 41,4 persen.
Pandemi Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 diakui Erlin, telah memengaruhi aktivitas isnis SSIA, yang diperkirakan akan berdampak pada arus kas selama beberapa bulan mendatang.
Khususnya di unit bisnis perhotelan karena dampak penerapan physical distancing dan pembatasan pengunjung asing, tingkat hunian hotel menurun secara drastis dan diperkirakan hanya mencapai satu digit pada April 2020.
"Perusahaan melihat industri perhotelan mulai membaik pada Juni 2020 dan semoga akan kembali normal pada bulan September 2020," ujar Erlin
Selain perhotelan, unit bisnis konstruksi terdampak pandemi, dan masa jeda Ramadhan serta Idul Fitri (April-Mei 2020) yang mengakibatkan kinerja Konstruksi diprediksi sedikit menurun pada Kuartal II?2020 dan perusahaan akan melihatnya mulai membaik pada dua kuartal berikutnya.
Demikian halnya dengan kawasan industri yang menghadapi sejumlah penundaan keputusan bisnis yaitu keadaan darurat, pencabutan visa kedatangan bagi warga negara asing (WNA), serta pembatasan jadwal penerbangan.
Untuk mengatasi hal ini, SSIA telah memulai tindakan berikut mengurangi risiko keuangan yakni menerapkan manajemen kas dan likuiditas secara prudent serta mengurangi pengeluaran kas pada pos?pos non?critical.
Kemudian memantau prakiraan arus kas (stress?cash flow tests) termasuk meninjau rencana keuangan dan merancang tindakan yang harus diambil untuk memitigasi risiko likuiditas.
Melakukan penyesuaian dalam aktivitas bisnis termasuk mengurangi aktivitas di sektor perhotelan serta menyiapkan rencana bisnis jika kondisi ekonomi pulih.
"Selain itu, SSIA juga berpartisipasi dalam mengurangi risiko penularan Covid-19, melalui program kerja dari rumah (WFH), meningkatkan kesehatan dan kebersihan di kantor termasuk karyawan," tuntas Erlin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.