Hingga saat ini, masih terbatas perusahaan besar yang terdaftar di bursa efek yang bertujuan secara spesifik dan substansial untuk menghasilkan dampak positif secara lingkungan dan sosial.
Oleh karena itu, sejauh ini, investasi berdampak lebih banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan relatif kecil, termasuk perusahaan rintisan.
Namun perlu dicatat, obligasi hijau (green bond) dapat dikategorikan sebagai investasi berdampak.
Pendanaan dari obligasi hijau digunakan oleh penerbitnya untuk mendanai proyek atau bisnis yang berdampak positif pada lingkungan.
Jika investasi ESG biasanya dilakukan manajer investasi (MI) pada perusahaan yang tercatat di bursa efek, investasi berdampak biasanya dilakukan oleh venture capital (VC) atau perusahaan private equity.
Tentu, investor institusi lain, atau pun individual, juga dapat menjadi investor pada investasi ESG maupun investasi berdampak.
Investasi berdampak, seperti ESG, merupakan salah satu genre dari investasi berkelanjutan yang berkembang pesat di berbagai penjuru dunia.
Data Global Impact Investing Network (GIIN) menunjukkan dana kelolaan investasi berdampak melesat menjadi 502 miliar dollar AS berdasarkan survei terakhir pada April 2019 yang lalu.
Sementara penerbitan green bond, yang dapat dikategorikan sebagai investasi berdampak, telah mencapai 805 miliar dollar As berdasarkan data terakhir dari Climate Bond Initiative (CBI) bulan Maret 2020 ini.
Di Indonesia sendiri, beberapa venture capital dan philantrophist investors, mulai memberi perhatian pada startup yang model bisnisnya berdampak lingkungan dan sosial.
Bahkan, investor yang khusus mendedikasikan pada investasi berdampak juga sudah mulai berkembang, walau dalam skala yang masih relatif kecil.
Demikian juga tentunya obligasi hijau, yang dirintis oleh pemerintah dengan mengeluarkan sukuk hijau untuk pertama kalinya pada tahun 2018.
Yayasan KEHATI juga aktif mendorong aktivitas investasi yang berdampak positif terhadap lingkungan dan sosial.
Untuk keberlanjutan eksistensi dan kesejahteraan manusia, kita perlu dukungan alam yang berkelanjutan. Cara hidup kita saat ini, tidak menjamin keberlanjutan itu.
Dengan kata lain, daya dukung (carrying capacity) alam dan segenap Planet Bumi tidak cukup jika kita tidak merubah gaya hidup, produksi, dan konsumsi kita menjadi lebih ramah lingkungan dan sosial.
Dengan demikian, adalah sebuah keniscayaan investasi yang kita lakukan harus mendukung transformasi menuju pembangunan yang berkelanjutan yang menempatkan profit, people, dan planet sebagai sebuah tujuan bersama yang tidak terpisahkan satu sama lain.
Dunia keuangan, khususnya investasi, menjadi kekuatan utama untuk mencapai ambisi ini.
Prinsip-prinsip berkelanjutan segera akan menjadi nilai-nilai dan norma baru di dunia keuangan dan investasi.
Indonesia jika tidak mempersiapkan diri dan ikut bergabung akan tertinggal dan terisolasi, yang tentunya akan berdampak bagi strategi kita dalam membangun negeri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.