Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Riki Frindos
Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI

Sejak 2018, Riki Frindos menjabat sebagai Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI, yang merupakan salah satu Lembaga Swadaya Masrakat (LSM) lingkungan terbesar di Indonesia.

Sebelumya, Riki menjejakkan kariernya selama 20 tahun di industri pasar modal Jakarta maupun Singapura.

Dia pernah menjabat sebagai Investment Director bersama Global Macro Team of Eastspring Investments Singapore, dengan jabatan terakhir CEO dan Chief Investment PT Eastspring Investment Indonesia.

Riki menyelesaikan studi Tenik Elektro di Institur Teknologi Bandung (ITB), dan pernah mengeyam pendidikan di Universitas Padjajaran Bandung.

 

Investasi Berkelanjutan, Hijau, dan Berdampak

Kompas.com - 11/04/2020, 19:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bahkan, sebetulnya, investasi yang memperhitungkan aspek sosial atau tata kelola lebih dahulu dan berkembang diadopsi investor. Misalnya, investasi yang menghindari perusahaan rokok atau produsen alkohol.

Harus diakui, melesatnya popularitas investasi berkelanjutan atau investasi ESG saat ini dipicu oleh meningkatnya perhatian pada isu-isu lingkungan.

Hal ini terutama ancaman perubahan iklim, yang berakibat maraknya produk atau instrumen investasi khusus berkaintan dengan lingkungan.

Do No Harm, ESG

Jadi, investasi berkelanjutan dapat berupa sekadar investasi pada bisnis atau perusahaan yang tidak merugikan (do no harm) terhadap lingkungan alam dan masyarakat di sekitar kita.

Berbagai cara dapat dilakukan dalam mengadopsi praktik investasi yang bertanggung jawab ini.

Pertama, dan paling sederhana, adalah exclusion atau negative screening. Tidak berinvestasi pada perusahaan yang bisnisnya merugikan lingkungan atau masyarakat. Misalnya, perusahaan rokok, alkohol, pornografi, senjata, batubara, dan lain-lain.

Kedua, dengan mempertimbangkan dan menilai berbagai kebijakan dan praktik lingkungan, sosial, dan tata kelola setiap perusahaan, dan memilih hanya berinvestasi pada perusahaan yang nilai ESG-nya baik.

Pendekatan ini secara spesifik dikenal sebagai ESG integration, atau mengintegrasikan faktor ESG ke dalam proses investasi.

Faktor-faktor yang dinilai berkaitan dengan lingkungan (E) misalnya, mengenai emisi karbon, konservasi atau efisiensi energi, kepedulian pada alam dan keaneragaman hayati, penggunaan sumber daya air, pengelolaan sampah dan polusi, dan lain sebagainya.

Dari aspek sosial (S), misalnya dengan memberikan upah dan hak yang layak bagi karyawan, dan tidak mempekerjakan anak di bawah umur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com