KOMPAS.com - Membersihkan diri terutama dengan sabun dan air merupakan salah satu cara untuk melawan virus corona, serta sejumlah penyakit lainnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, lebih dari setengah populasi global kekurangan akses sanitasi yang layak.
Dari jumlah tersebut, sebanyak tiga perempat rumah tangga di negara berkembang tidak memiliki akses tempat cuci dengan sabun dan air.
Dengan demikian, kurangnya ketersediaan infrastruktur air dalam beberapa dekade ini membuat banyak negara diprediksi mengalami risiko lebih buruk ketimbang corona.
Baca juga: Ini Rincian Ruang Rumah Sakit Darurat Corona di Wisma Atlet Kemayoran
Kepala Eksekutif WaterAid Tim Wainwright mengatakan, sepertiga dari fasilitas perawatan kesehatan di negara-negara berkembang juga kekurangan akses air bersih.
"Sangat jelas di Afrika dan sebagian Asia kita sangat takut dengan apa yang akan terjadi. Krisis corona menyoroti betapa rapuhnya dunia," ucap Wainwright seperti dikutip Kompas.com dari The Guardian, Senin (23/3/2020).
Laporan PBB bertajuk World Water Development Report 2020 yang diterbitkan pada Minggu (22/3/2020) merujuk pada kurangnya dana infrastruktur air di seluruh dunia.
Pemimpin Laporan PBB Richard Connor menyatakan, air sering diabaikan terutama dalam pembangunan. Krisis corona saat ini menyoroti kesalahan-kesalahan tersebut.
Connor juga menekankan, investasi infrastruktur air sering dianggap sebagai masalah sosial dan dalam beebrapa kasus dianggap sebagai masalah lingkungan.
"Bukan sebagai masalah ekonomi, seperti energi," ucap dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.