Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibanding Corona, Infrastruktur Air yang Buruk Berisiko Lebih Besar

Kompas.com - 23/03/2020, 20:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Membersihkan diri terutama dengan sabun dan air merupakan salah satu cara untuk melawan virus corona, serta sejumlah penyakit lainnya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, lebih dari setengah populasi global kekurangan akses sanitasi yang layak.

Dari jumlah tersebut, sebanyak tiga perempat rumah tangga di negara berkembang tidak memiliki akses tempat cuci dengan sabun dan air.

Dengan demikian, kurangnya ketersediaan infrastruktur air dalam beberapa dekade ini membuat banyak negara diprediksi mengalami risiko lebih buruk ketimbang corona.

Baca juga: Ini Rincian Ruang Rumah Sakit Darurat Corona di Wisma Atlet Kemayoran

Kepala Eksekutif WaterAid Tim Wainwright mengatakan, sepertiga dari fasilitas perawatan kesehatan di negara-negara berkembang juga kekurangan akses air bersih.

"Sangat jelas di Afrika dan sebagian Asia kita sangat takut dengan apa yang akan terjadi. Krisis corona menyoroti betapa rapuhnya dunia," ucap Wainwright seperti dikutip Kompas.com dari The Guardian, Senin (23/3/2020).

Laporan PBB bertajuk World Water Development Report 2020 yang diterbitkan pada Minggu (22/3/2020) merujuk pada kurangnya dana infrastruktur air di seluruh dunia.

Pemimpin Laporan PBB Richard Connor menyatakan, air sering diabaikan terutama dalam pembangunan. Krisis corona saat ini menyoroti kesalahan-kesalahan tersebut.

Connor juga menekankan, investasi infrastruktur air sering dianggap sebagai masalah sosial dan dalam beebrapa kasus dianggap sebagai masalah lingkungan.

"Bukan sebagai masalah ekonomi, seperti energi," ucap dia.

Seperti pengolahan air limbah. Tak banyak pengguna atau masyarakat yang mau membayar iuran untuk pengolahan air limbah. Hal itu akhirnya dibebankan ke pemerintah.

Akan tetapi, masih banyak pemerintah yang melihat infrastruktur ini sebagai masalah lingkungan. Dengan demikian, kemauan politik untuk pengeluaran tersebut rendah.

Connor menambahkan, peningkatan akses air bersih dan sanitas memiliki manfaat yang jelas, terutama saat pandemi corona seperti saat ini.

Dia menuturkan, manfaat pengembalian investasi bisa tinggi jika manfaat ekonomi makro yang lebih luas diperhitungkan.

Menurutnya, rerata rasio manfaat biaya global untuk sanitasi sebesar 5,5 dan 2,0 untuk air minum.

Dalam laporan tersebut, PBB juga menyarankan untuk meningkatkan pemahaman antar masalah air, infrastruktur air, dan krisis iklim.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau