Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Djoko Setijowarno
Pengamat Transportasi

Dikenal sebagai pengamat transportasi, Djoko merupakan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat. Selain itu, Djoko juga tercatat sebagai anggota Tim Gugus Tugas Proyek Pengembangan dan Pembaruan Bahan Ajar Mata Kuliah Jalan Rel.

Kelahiran Pangkal Pinang 15 Mei 1964 ini lulus dari Fakultas Teknik Sipil Universitas Diponegoro (Undip) pada 1990, dan menyelesaikan Magister Teknik Program Rekayasa Transportasi Jurusan Teknik Sipil Pascasarjana Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1998. 

Dia juga telah menempuh pendidikan informal pada Civil Society and Public Awareness in Combatting Corruption, Institute of Social Studies The Hague (IHS) Netherland, September- Oktober 2005.

Indonesia Darurat ODOL

Kompas.com - 24/02/2020, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sementara menurut Setiawan B (2019), pengendalian ODOL melalui penertiban angkutan barang akan berdampak pada kenaikan harga produk minimal 18 persen (tetapi tergantung pada komoditas, tujuan atau jarak, kendaraan yang dipergunakan dan jumlah atau volume angkut pada saat ini).

Dalam hal penanganan UPPKB atau jembatan timbang, menurut Direktur Prasarana Ditjenhubdat Risal Wasal (2019), ada lima konsep peningkatan prasarana UPPKB.

Pertama lebih transparan (penggantian kaca yang lebih lebar dan tembus pandang; pengurangan sekat ruangan; cash less).

Kedua lebih bersih dan rapi (pengecatan interior dan eksterior; perbaikan toilet; pemasangan pagar depan UPPKB).

Ketiga lebih terang benderang (pemasangan lampu highmast; penerangan jalan umum; lampu sorot), keempat lebih informatif (pemasangan RPPJ, rambu lalu lintas, pemasangan papan nama UPPKB dan sign post; pemasangan horn speaker; pemasangan display hasil timbangan).

Kelima lebih selamat dan aman (pengadaan alat pemadam kebakaran dan penangkal petir; perbaikan instalasi listrik; warning light; pemasangan CCTV).

UPPKB dengan alat penimbangan yang dipasang secara tetap dapat terletak pada kawasan industri, sentra produksi, pelabuhan, jalan tol, dan lokasi strategis lainnya (Pasal 6 ayat 5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 134 Tahun 201 tentang Penyelenggaraan Penimbangan Kendaraan Bermotor di Jalan).

Sekarang ini, UPPKB baru berada di jalan nasional, jalan tol dan pelabuhan. Sementara di sentra produksi dan kawasan industri belum dilakukan.

Alangkah baiknya, jika Menteri Perindustrian menyegerakan keberadaan Unit Pelaksanaan Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) di sentra produksi dan kawasan industri, ketimbang meminta pelambatan kebijakan bebas ODOL.

Mengutip Buku Potret Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia Edisi 3 Desember 2019, faktor rem tidak berfungsi menjadi faktor penyebab kejadian kecelakaan lalu lintas jalan tertinggi.

Sebanyak 35,76 persen kejadian kecelakaan diawali oleh kondisi rem kendaraan bermotor yang tidak berfungsi.

Faktor penyebab kedua adalah lampu tidak berfungsi yang berkontribusi terhadap 14,35 persen kecelakaan dan faktor penyebab ketiga adalah kerusakan roda yang berkontribusi terhadap 8,79 persen kejadian kecelakaan.

Faktor rem tidak berfungsi diduga terbesar disebabkan mobil barang. Muatan lebih (over loading) salah satu penyebabnya, selain kurang mahir atau cakap ketika mengemudi.

Sementara menurut data PT Jasa Marga (Persero) Tbk tahun 2019, kejadian kecelakaan tabrak belakang (melibatkan kendaraan angkutan barang)sebesar 26,88 persen.

Persentase kelebihan muatan yang terbanyak dengan angka 21-50 persen dari persyaratan dalam ketentuan mengenai Jumlah Berat yang Diijinkan (JBI).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com