Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MRT, Cara Mengubah Budaya Bertransportasi Warga

Kompas.com - 29/10/2018, 18:11 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Namun, wanita yang bekerja pada sebuah perusahaan software komputer tersebut, masih enggan untuk beralih menggunakannya ketika kelak beroperasi.

"Kalau saya pribadi enggak, karena MRT belum meng-cover rute perjalanan. Jadi, sangat kurang efektif ya, karena berarti saya harus ke Lebak Bulus dulu dari Tanjung Barat, dan itu berarti high cost," kata dia.

Nonik berharap suatu hari MRT atau moda transportasi lain dapat menjangkau wilayah tempat tinggalnya. Sebab, ia merasa, bahwa selama ini commuter line  masih memiliki banyak persoalan.

Mulai dari jadwal yang tidak tentu, jumlah kereta yang sedikit hingga persoalan gangguan teknis yang kerap terjadi saat hujan turun.

Bahkan, Nonik mengaku, pernah mendapat perlakuan tidak senonoh dari penumpang lain ketika berada di dalam kereta.

"Kalau ada alternatif lain dari commuter line, saya sangat gembira sekali. Sungguh," harap dia.

Sementara itu menurut Anggi, seorang pria yang bekerja pada salah satu kantor swasta di bilangan Jakarta Barat, interkoneksi menjadi kunci penting bagi masyarakat agar bersedia pindah menggunakan MRT.

"Kalau sistemnya sudah integrated, pasti akan lebih menarik lagi dan juga lebih menghemat biaya dan juga waktu untuk sampai ke tujuan," ujarnya.

Anggi yang sehari-hari menggunakan mobil untuk bertransportasi, mengaku bersedia menggunakan MRT.

Meski berkantor di Jakarta Barat, ia lebih banyak aktif di bilangan Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, yang kelak dilintasi jalur MRT.

Ilustrasi kemacetan ibukota.SHUTTERSTOCK Ilustrasi kemacetan ibukota.
Dengan demikian, Anggi tidak perlu lagi khawatir harus memikirkan tentang lokasi parkir, hingga mobilnya yang lecet akibat tergores kendaraan lain.

"Jadi kalau sudah ada MRT akan lebih gampang ya dan tadi alasan utamanya hemat waktu," kata dia.

Sejauh ini, beberapa stasiun yang dimiliki MRT telah terintegrasi dengan moda transportasi publik lain seperti PPD, mikrolet, TransJakarta, serta ojek online.

Bahkan, Stasiun Dukuh Atas kelak akan terintegrasi dengan commuter line dan kereta bandara.

Namun tentu diperlukan intervensi lain dari pemerintah agar masyarakat beralih menggunakan MRT.

Baca juga: Bakal Diperpanjang Sampai Tangsel, Ini Perkiraan Jalur MRT

Misalnya, menerapkan tarif parkir yang mahal, meningkatkan pajak kendaraan, menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), hingga electronic road pricing (ERP).

Namun di sisi lain, perlu diberikan kemudahan terhadap penggunaan moda transportasi publik. Misalnya, dengan tarif yang lebih murah. Di samping, menambah interkoneksi antarmoda.

Dengan demikian, masyarakat pun secara bertahap akan beralih menggunakan transportasi publik dan pada akhirnya kekhawatiran atas perkiraan bahwa Jakarta akan macet total atau gridlock pada 2020 tidak akan terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com