Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persoalan Jakarta Mirip Penyakit Kronis Manusia

Kompas.com - 24/07/2018, 17:52 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Jelang pelaksanaan Asian Games ke-18 di Jakarta, berbagai persoalan yang semestinya dapat diselesaikan sejak dini justru bermunculan.

Sebut saja, penataan trotoar di kawasan Jalan Sudirman-Thamrin yang tak kunjung selesai, serta rusaknya Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo karena minim perawatan.

Belum lagi persoalan bau serta hitamnya Kali Sentiong atau yang lebih dikenal sebagai Kali Item, yang mengalir di samping Wisma Atlet Kemayoran.

Baca juga: Soal Kali Item, Pemerintah Pusat Turun Tangan Atasi Aliran Air

Padahal, Jakarta merupakan ibu kota, sekaligus etalase Negara Indonesia. Seluruh mata bangsa-bangsa Asia memandang Jakarta selama dua pekan penyelenggaraan perhelatan olahraga akbar ini yang dimulai pada 18 Agustus mendatang.

Kompas.com mencoba mengurai permasalahan Metropolitan Jakarta dari berbagai sudut pandang, arsitektur, desain perkotaan, penataan ruang dan wilayah, dan sosial ekonomi, berikut solusinya.

Artikel ini merupakan bagian pertama dari liputan khusus Jakarta Menantang Zaman.

Salah desain

Arsitek dari Studio Akanoma yang juga pengamat perkotaan, Yu Sing mengibaratkan, persoalan yang tengah dihadapi Jakarta bak seseorang yang tengah mengidap penyakit kronis.

Akses selebar dua meter yang menghubungkan Jalan Jenderal Sudirman dengan halte bus di depan Lapangan Baseball Gelora Bung Karno, Selasa (24/7/2018).KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D Akses selebar dua meter yang menghubungkan Jalan Jenderal Sudirman dengan halte bus di depan Lapangan Baseball Gelora Bung Karno, Selasa (24/7/2018).
"Masalahnya kan ada di mana-mana. Kayak orang udah sakit terus menyebar ke mana-mana," kata dia saat ditemui Kompas.com, di Bandung, Selasa (24/7/2018).

"Dengan kondisi sakit seperti ini, tentu tidak mungkin menyelesaikan persoalan itu selesai dalam jangka waktu singkat. 10-20 tahun enggak akan selesai. Itu saja yang harus masyarakat pahami," imbuhnya.

Menurut Yu Sing, masalah perkotaan di Jakarta muncul karena masyarakat tidak peduli. Masyarakat hanya paham bahwa setiap kepala daerah memiliki janji kampanye yang harus direalisasikan selama mereka menjabat.

Akhirnya, para kepala daerah tersebut terpaksa memutar otak untuk menghadirkan solusi penanganan sesaat.

"Sifatnya jangka pendek, yang sebetulnya tidak tepat dengan kondisi alami Jakarta," ujarnya.

Misalnya, dalam menangani banjir. Menurut Yu Sing, Pemprov DKI hingga kini belum mempunyai peta jalan (road map) penanganan banjir berkesinambungan yang melibatkan pemerintah daerah di sekitarnya.

Sekitar 40 persen wilayah di Jakarta sekarang berada di bawah permukaan laut. (The New York Times) Sekitar 40 persen wilayah di Jakarta sekarang berada di bawah permukaan laut. (The New York Times)
Ketiadaan road map tersebut pada akhirnya membuat penanganan banjir dilakukan secara sporadis. Pemprov DKI hanya mementingkan aspek kecepatan, yang sebetulnya justru menambah persoalan lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendapatan Turun, SBI Berharap pada Proyek Strategis Nasional IKN

Pendapatan Turun, SBI Berharap pada Proyek Strategis Nasional IKN

Berita
Pendapatan Waskita Beton Naik 38 Persen Jadi Rp 505,68 Miliar

Pendapatan Waskita Beton Naik 38 Persen Jadi Rp 505,68 Miliar

Berita
Jumlah Backlog Kepemilikan Rumah Berkurang Jadi 9,9 Juta

Jumlah Backlog Kepemilikan Rumah Berkurang Jadi 9,9 Juta

Berita
Kuartal I-2024, Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen

Kuartal I-2024, Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen

Berita
[POPULER PROPERTI] Pasok Material Tol Padang-Sicincin, HK Kolaborasi dengan Korem 032/Wirabraja

[POPULER PROPERTI] Pasok Material Tol Padang-Sicincin, HK Kolaborasi dengan Korem 032/Wirabraja

Berita
9 Jembatan Tua di Jatim Tuntas Diganti, Telan Biaya Rp 591,9 Miliar

9 Jembatan Tua di Jatim Tuntas Diganti, Telan Biaya Rp 591,9 Miliar

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pekalongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Pekalongan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purbalingga: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Purbalingga: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Brebes: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Brebes: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kebumen: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Kebumen: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Kini, Masyarakat Banyuwangi Tak Lagi Waswas soal Kepastian Tanah

Kini, Masyarakat Banyuwangi Tak Lagi Waswas soal Kepastian Tanah

Berita
Berapa Lama Mesin Cuci di Rumah Anda Bisa Bertahan?

Berapa Lama Mesin Cuci di Rumah Anda Bisa Bertahan?

Tips
5 Tanda Mesin Cuci di Rumah Anda Perlu Diganti

5 Tanda Mesin Cuci di Rumah Anda Perlu Diganti

Tips
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Rembang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Rembang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
MRT Jakarta Gaet SMI, Garap Proyek Mixed Use di Dekat Stasiun Blok M dan ASEAN

MRT Jakarta Gaet SMI, Garap Proyek Mixed Use di Dekat Stasiun Blok M dan ASEAN

Berita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com