Tiang tersebut berfungsi sebagai pertanda atau tonggak untuk mengingatkan penghuni tentang ke-Esaan Tuhan. Selain itu, tiang Soko Geder juga menjadi simbol kepemiikan rumah.
Pada ruang dalam, terdapat empat tiang utama yang disebut Saka Guru. Keempat tiang ini melambangkan empat hakikat kesempurnaan hidup yaitu amarah, luamah, supiah, dan mutmainah.
Di atas keempat tiang tersebut terdapat tumpang sari sebagai pengerat yang jumlahnya selalu ganjil. Jumlah pengerat tersebut selalu memiliki makna, misalnya tumpang sari yang berjumlah lima buah yang melambangkan lima waktu salat.
Sebagai media dakwah, rumah adat Kudus memperlihatkan nilai-nilai keislaman yang diwujudkan dalam bentuk ukiran pada partisi antar ruang depan dan dalam. Partisi ini disebut dengan gebyok. Dalam tradisi Jawa gebyok digunakan sebagai pemisah antar ruang.
Setahun sekali dicuci
Layaknya pakaian, rumah adat Kudus pun juga melalui proses pencucian yang dilakukan minimal satu tahun sekali.
Umumnya para pemilik rumah membersihkan rumah mereka pada saat bulan puasa. Sebab pada masa itu rumah akan digunakan untuk menyambut tamu dan keluarga pada saat Lebaran.
Proses pencucian ini memakan waktu hingga 20 hari lamanya. Ini karena rumah adat Kudus memiliki ukuran rata-rata sebesar 19x17 meter.
Pencucian rumah adat sama sekali tidak menggunakan sabun maupun deterjen, namun menggunakan batang pisang yang dikelupas. Batang pisang tersebut kemudian direndam dalam air selama tiga hari tiga malam.
Nah air rendaman yang berwarna cokelat dan berbau inilah yang kemudian menjadi bahan pembersih rumah. sedangkan alat bantunya cukup hanya dengan sikat yang terbuat dari ijuk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.