Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Akhir Tahun, Bisnis Ritel Inggris Terancam Stagnan

Kompas.com - 13/11/2017, 10:30 WIB
Haris Prahara

Penulis

Sumber CNBC

KompasProperti– Menghias dekorasi Natal di Jalan Oxford, London, telah menjadi ritual tahunan menyenangkan bagi peritel Inggris. Namun, libur akhir tahun ini justru berbeda. Kecemasan dan kegamangan masa depan tengah menghantui pikiran mereka.

"Peritel pada tahun ini lebih paranoid daripada biasanya," cetus Keith Richardson, Kepala Bagian Ritel Lloyds Bank, seperti dikutip laman CNBC, Rabu (8/11/2017).

Saban hari, peritel masih berharap liburan akhir tahun menjadi pelepas dahaga atas paceklik ritel dewasa ini. Pada akhir tahun, volume penjualan lazimnya bakal meningkat dan berimbas pada perbaikan kinerja tahunan mereka.

“Akan tetapi, tahun ini ada situasi yang mengganjal. Ada kegamangan yang membuat peritel sulit membuat perencanaan,” sambung Richardson.

Baca juga: Inikah Awal Runtuhnya Kedigdayaan Ritel Amerika Serikat?

Ilustrasi ritelWavebreakmedia Ltd Ilustrasi ritel
Perekonomian Inggris memang tengah mengalami situasi unik. Meskipun tingkat pengangguran rendah yang artinya konsumen berada pada posisi baik untuk melakukan konsumsi, namun tingkat inflasi justru relatif tinggi.

Laju inflasi negeri Ratu Elizabeth menyentuh level tertinggi sejak lima tahun terakhir pada bulan September 2017. Hal itu didorong oleh kenaikan harga makanan dan transportasi. Indeks harga konsumen (CPI) meningkat 3 persen atau rekor tertinggi sejak 2012 lalu.

Pertumbuhan upah mengalami stagnasi serta efek Brexit menimbulkan ketidakpastian publik untuk membelanjakan uangnya, terutama bila menyangkut barang berharga premium seperti mobil.

Data yang dirilis pekan lalu menunjukkan, penjualan ritel di negeri Big Ben merosot pada bulan Oktober karena konsumen memilih pengalaman wisata (leisure) dibandingkan berbelanja.

Ilustrasi ritelIngram Publishing Ilustrasi ritel
Menurut British Retail Consortium, penjualan dalam toko non-makanan turun sebesar 2,9 persen dalam tiga bulan sampai Oktober lalu dan melorot 2,1 persen jika dibandingkan tahun lalu. 

Cuaca yang relatif hangat dipandang menjadi sebuah alasan mengapa konsumen menahan koceknya untuk mendapatkan pakaian baru.

“Meski begitu, secara keseluruhan daya beli konsumen telah menurun dibandingkan tahun lalu. Hal itu disebabkan percepatan laju inflasi yang menggerus keyakinan pembeli untuk megeluarkan uangnya,” papar Helen Dickinson, Chief Executive British Retail Consortium.

Pertaruhan

Bagaimana pun kondisi lesunya ritel tahun ini, musim liburan akhir tahun tetap menjadi momen krusial untuk menggenjot laporan keuangan peritel.

Marks and SpencerIndependent Marks and Spencer
Marks and Spencer, misalnya. Peritel legendaris itu belum lama ini mengumumkan penurunan laba sebelum pajak sebesar 5,3 persen menjadi 219 juta Poundsterling dalam enam bulan terakhir.

Menyadari hal itu, Marks and Spencer berjuang keras untuk memikat konsumen agar berkunjung ke toko mereka. Sebuah strategi anyar telah coba diterapkan oleh mereka dengan menjual boneka Paddington.

Baca juga: Curi Momen, “Marks and Spencer” Sukses Jual 15.000 Boneka Paddington

Selain Marks and Spencer, peritel Next juga tengah berjibaku untuk memperbaiki omzet penjualannya.

Boneka Paddington yang dijual oleh Marks and SpencerMarks and Spencer Boneka Paddington yang dijual oleh Marks and Spencer
Richardson menegaskan, periode liburan akhir tahun ini menjadi kunci bagi peritel untuk bertahan hidup.

"Jika peritel melewatkan momen Natal dengan buruk, mereka tahu hal lebih sulit bisa terjadi pada kuartal pertama 2018. Namun, apabila mereka dapat memanfaatkan momentum baik selama akhir tahun, masa indah tersebut bisa berlanjut hingga tahun baru,” pungkas Richardson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau