Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inikah Awal Runtuhnya Kedigdayaan Ritel Amerika Serikat?

Kompas.com - 09/11/2017, 12:30 WIB
Haris Prahara

Penulis

Sumber Bloomberg

KompasProperti – Kondisi tercekiknya industri ritel menjadi topik global saat ini. Sejumlah peritel telah menyatakan lempar handuk dari persaingan bisnis. Penjualan tergerus hingga perubahan gaya hidup digital meyakinkan mereka untuk segera keluar gelanggang.

Baca juga : Bisnis Ritel Tertekan

Terguncangnya ritel juga telah terasa hingga negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Negara pimpinan Donald Trump itu mulai merasakan “keringnya” lahan ritel, yang pada eranya sedemikian digdaya.

Sebagai bukti sederhana, hingga awal kuartal ketiga 2017, terdapat 3.000 toko ritel baru di Amerika Serikat. Namun, jumlah itu masih lebih kecil bila dibandingkan jumlah toko yang tutup yakni 6.800 gerai.

Sebagaimana diwartakan Bloomberg, Rabu (8/11/2017), selisih jumlah toko yang buka dan tutup tersebut agak mengherankan jika berkaca pada tingkat kepercayaan konsumen yang tinggi, rendahnya tingkat pengangguran, dan geliat perkembangan ekonomi Amerika Serikat saat ini.

Ilustrasi.www.shutterstock.com Ilustrasi.
Formula-formula di atas semestinya menjadi “racikan pas” untuk menciptakan dahsyatnya daya ledak ritel. Akan tetapi, fakta tak dapat dimungkiri, sejumlah peritel berada di ambang kebangkrutan dan diikuti pembengkakan jumlah pinjaman kredit oleh pelaku ritel maupun pusat belanja.

Baca juga: Anomali Ritel Modern Indonesia

Lantas, masalah apa yang sesungguhnya terjadi dengan ritel Amerika Serikat? Masih adakah harapan?

Laporan Bloomberg kemudian menyebutkan bahwa permasalahan ritel Amerika Serikat cukup kompleks. Pudarnya ritel Hollywood tidak mudah disimpulkan begitu saja sebagai akibat invasi Amazon yang berhasil mencuri pangsa pasar ritel konvensional.

“Akar masalahnya adalah rantai pasokan ritel kelebihan beban sebagai dampak utang yang menumpuk. Terdapat miliaran pinjaman dalam laporan neraca mereka dan menahan beban utang itu amatlah sulit, bahkan untuk rantai pasokan ritel yang sehat,” demikian tulis Bloomberg.

Ilustrasi ritelmoodboard Ilustrasi ritel
Utang yang segera jatuh tempo, berlebihnya jumlah toko ritel di pinggiran Amerika Serikat, dan kian populernya belanja daring, menambah deretan bencana bagi kelanggengan ritel Hollywood. 

Efek lanjutan berpotensi mengalir jauh dan meluas hingga pelosok. Pekerja upah rendah bisa jadi kian terpinggirkan ditambah anjloknya pajak daerah, hilangnya saham investor, dan seterusnya.

Jika situasi saat ini sudah dapat dianggap sebagai keruntuhan ritel maka apa yang terjadi selanjutnya bakal semakin menakutkan.

Tertatih

Pada tahun ini, beberapa peritel yang tengah berjuang mengatasi paceklik memang telah mampu menghindari gulung tikar dengan melakukan refinancing.

Ilustrasi. shutterstock Ilustrasi.
Meski begitu, pasar telah bergeser. Pandangan negatif pada gairah ritel mendorong investor untuk mempertimbangkan kembali pinjaman kepada peritel. Toys R Us, contohnya.

Halaman:
Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com