Peritel mainan itu mengejutkan investor dengan mengajukan kebangkrutan pada September lalu. Bahkan, apa yang terjadi pada Toys R Us tercatat sebagai rekor kebangkrutan terbesar ketiga di Amerika Serikat.
Baca juga: Jaringan Ritel Mainan Toys R Us Menyatakan Bangkrut
Apa yang mengkhawatirkan juga ialah risiko utang yang harus dibayar peritel saat jatuh tempo lima tahun ke depan.
Beberapa peritel seperti toko perhiasan remaja Claire's Stores Inc. memiliki pinjaman 2 miliar dollar AS sejak 2007 dari perusahaan ekuitas swasta Apollo Global Management LLC. Pinjaman itu bakal jatuh tempo pada 2019 dan saat ini mereka masih memiliki 1.600 toko di Amerika Utara.
Memang, utang yang jatuh tempo tahun ini hanyalah 100 juta dollar AS. Namun, proporsinya meningkat menjadi 1,9 miliar pada 2018, menurut Fitch Ratings Inc.
Jumlah utang ritel yang dinilai berisiko juga meningkat. Sejak tahun lalu, obligasi dengan imbal hasil tinggi 20 persen menjadi 35 miliar dollar AS dan utang industri naik 15 persen menjadi 152 miliar dollar AS.
Efek utang-mengutang di atas dapat menyentuh angka 1 triliun dollar AS untuk seluruh sektor industri di Amerika Serikat dan segera jatuh tempo 5 tahun mendatang, mengacu data Moody’s.
Jika dianalisis, peritel berani berutang banyak karena tingkat suku bunga secara historis berada pada level rendah. Utamanya, pasca krisis keuangan melanda Amerika Serikat beberapa waktu silam.
Hal Itu membuat investasi melalui utang meskipun dengan tingkat pengembalian yang tinggi, menjadi sedemikian menggoda bagi peritel.
Namun, langkah taktis The Fed menaikkan suku bunga dapat meredakan permintaan utang saat ini. Itu dapat membuat peritel lebih memilih memenuhi kewajiban utangnya saat ini.
Kartu kredit
Selain sengkarut utang, masalah kartu kredit juga menimbulkan kekhawatiran akan runtuhnya ritel Paman Sam.
Selain itu, Citigroup Inc., penerbit kartu kredit ternama dunia, mengatakan bahwa portofolio kredit pada sektor ritel mulai menurun. Alasan logis antara lain pembeli menahan penggunaan kartu kredit saat belanja untuk menghindari risiko tiba-tiba toko tersebut tutup.
Efek lanjutan dari pengereman kartu kredit adalah pukulan bagi sektor yang selama ini banyak dihuni oleh masyarakat Amerika berpendapatan rendah. Statistik terbaru menunjukkan, tenaga penjualan (sales) dan kasir di negeri Paman Sam mencapai 8 juta orang.
Amerika Serikat memiliki pengalaman pahit terkait hilangnya pekerjaan masyarakat ini. Pada puncak krisis keuangan beberapa tahun lalu, sebanyak 1,2 juta pekerja toko kehilangan mata pencarian.
Sejak krisis itu dapat teratasi, lapangan kerja perlahan meningkat, termasuk di sektor ritel. Tren positif terhenti tahun ini tatkala 101.000 pekerjaan di toko telah hilang akibat gugurnya peritel.