Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsep "Jakarta Jaya" Tawarkan Sisi Positif Reklamasi Teluk Jakarta

Kompas.com - 07/11/2017, 06:57 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Reklamasi tak melulu hanya dilihat dari sisi negatifnya. SHAU Architects, melalui rancangan induk atau masterplan konsep reklamasi bertajuk "Jakarta Jaya: The Green Manhattan" menunjukkan sisi lain dari reklamasi yang bisa berguna bagi masyarakat banyak.

Daliana Suryawinata, selaku salah seorang kreator masterplan tersebut menyatakan, reklamasi dalam "Jakarta Jaya: The Green Manhattan" dibuat dengan tujuan mengatasi segala permasalahan yang ada di ibu kota selama ini.

Proposal ini juga untuk menciptakan paradigma baru, melalui integrasi sistem air yang memanfaatkan sungai, supaya tidak ada banjir lagi di Jakarta.

Desain Jakarta Jaya: The Green Manhattan menunjukkan area biru dan hijau di pulau reklamasi. SHAU Architects Desain Jakarta Jaya: The Green Manhattan menunjukkan area biru dan hijau di pulau reklamasi.
"Selain itu, ini yang penting, koneksi yang lebih baik bukan hanya menggunakan mobil seperti zaman dulu, tetapi lebih ke transportasi umum, produksi energi terbarukan, dan meminimalisasi sampah, serta pariwisata kota," ungkap Daliana kepada KompasProperti, Senin (6/11/2017),

Daliana ingin ke depannya siapa pun yang berkunjung ke Jakarta bisa menikmati kota secara utuh dan merasakan pengalaman menjadi bagian dari penduduk Jakarta, seperti halnya yang terjadi di Berlin, Jerman.

Di Berlin tidak terlalu banyak tempat pariwisata dunia. Namun, wisatawan tetap berkunjung ke sana lantaran ingin merasakan menjadi penduduk Berlin, merasakan bagaimana kehidupannya di kota tersebut.

Jaringan transportasi dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.SHAU Architects Jaringan transportasi dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.
Di dalam proposal tersebut, Daliana bersama rekannya Heinzelmann dan Jesse Kuijper selaku CEO Borneo Initiative merancang sebuah pulau reklamasi di Teluk Jakarta dengan luas mencapai 58 kilometer persegi.

Dalam masterplan-nya, diperkirakan ada 1,9 juta penduduk di sana yang hidup di sana dengan segala macam fasilitas guna mendukung Jakarta lebih baik lagi.

"Jadi nanti akan ada mobil bertenaga surya dengan perbandingan 1:10, setiap 10 penduduk diberikan satu mobil tersebut, konsep berbagi mobil untuk transportasi di dalam pulau, kemudian 20 persen akan ada transportasi air karena ini pulau reklamasi sehingga ada kano, perahu," jelas Daliana.

Gambaran CBD Park dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.SHAU Architects Gambaran CBD Park dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.
Selain itu, di dalam masterplan yang telah masuk ke dalam bidbook Perdana Menteri Belanda Mark Rutte itu juga akan memiliki 50 persen ruang terbuka. Angka ini lebih tinggi dari kota-kota lainnya di dunia seperti Berlin yang hanya 30 persen.

Tingginya persentase ruang terbuka di pulau reklamasi itu diakui Daliana ingin melampaui capaian kota-kota lain. Dia ingin agar Jakarta menjadi kota hijau paling besar di dunia.

Hub transportasi publik dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.SHAU Architects Hub transportasi publik dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.
Sementara itu, Daliana juga mengedepankan konsep penggunaan transportasi umum dengan menargetkan 90 persen masyarakat Jakarta menggunakan transportasi umum untuk kegiatan sehari-harinya.

"Oleh sebab itu, dalam proposal Jakarta Raya ini jarak maksimum untuk bisa menemukan transportasi umum sekitar 200 meter, jadi masih walkable dan bukan jarak yang terlalu jauh untuk ditempuh di cuaca panas seperti di Jakarta ini," imbuhnya.

Gambaran transportasi air dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.SHAU Architects Gambaran transportasi air dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.
Proposal Jakarta Jaya juga memuat rencana penyediaan makanan bagi penduduknya. Sekitar 50 persen makanan menurut Daliana akan coba dihasilkan melalui open farming atau pertanian terbuka.

"Lalu akan ada juga 150 persen penyediaan green energy. Ini bahkan bisa memberikan energi ke seluruh Jakarta, bukan hanya di pulau dan juga kemudian kami canangkan 0 persen emisi karbon. Itu merupakan tujuan-tujuan kami atas program Jakarta Jaya," ujar dia.

Kampung nelayan dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.SHAU Architects Kampung nelayan dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.
Di sisi lain, desain kota dalam proposal Jakarta Jaya ini mengakomodasi beberapa grid kota di dunia seperti Barcelona, Kopenhagen, Wina, dan New York.

Daliana mengatakan, kota-kota itu punya grid yang berbeda dan juga memiliki keunikannya masing-masing.

Perumahan murah dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.SHAU Architects Perumahan murah dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.
"Kami akan mengombinasikan yang ada di kota-kota itu untuk diterapkan di Jakarta, bukan meniru gedung yang ada tapi lebih ke intelegensia di balik mereka membangun jalan side by side, kendaraan dan pejalan kaki bisa berdampingan, kami ingin membuat Jakarta ini kota yang walkable," tuturnya.

Kemudian bukan hanya grid Manhattan, Jakarta Jaya juga mengadopsi grid kota lainnya seperti Los Angeles dalam hal pembangunan gedung.

Di sana, pembangunan gedung tak melulu high rise. Namun, bervariasi ketinggiannya sehingga memberikan banyak ruang atau spasial di dalam kotanya.

Mereka akan menerapkan regulasi dalam mendirikan gedung-gedung. Jadi gedung paling tinggi hanya boleh ada di tengah kota, kemudian akan semakin pendek mendekati tepi pantai.

"Kami tidak bicara gedung-gedung pencakar langit yg menghalangi pemadangan kota seperti di China dan India, tapi kami akan menerapkan regulasi gedung dengan memberikan ruang kosong di bagian tengahnya agar orang tetap bisa melihat pemandangan kota," jelas Daliana.


Gambaran lingkungan dan pusat belanja dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.SHAU Architects Gambaran lingkungan dan pusat belanja dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.
Di sana, pembangunan gedung tak melulu high rise. Namun, bervariasi ketinggiannya sehingga memberikan banyak ruang atau spasial di dalam kotanya.

SHAU akan menerapkan regulasi dalam mendirikan gedung-gedung. Jadi gedung paling tinggi hanya boleh ada di tengah kota, kemudian akan semakin pendek mendekati tepi pantai.

"Kami tidak bicara gedung-gedung pencakar langit yg menghalangi pemadangan kota seperti di China dan India, tapi kami akan menerapkan regulasi gedung dengan memberikan ruang kosong di bagian tengahnya agar orang tetap bisa melihat pemandangan kota," jelas Daliana.

Pariwisata pantai berdampingan langsung dengan lanskap kota dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.SHAU Architects Pariwisata pantai berdampingan langsung dengan lanskap kota dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.
Untuk diketahui, masterplan kota cerdas bertajuk "Jakarta Jaya: The Green Manhattan" ini berhasil menjadi satu dari 11 pemenang ajang WAFX Prize 2017.

WAFX Prize merupakan penghargaan atas karya arsitektur dunia proyek masa depan berbasis tantangan yang dihadapi sebuah wilayah dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan.

Proposal yang diajukan SHAU, terpilih sebagai pemenang menyingkirkan ratusan proposal lain dari 68 negara.

Preservasi area hijau dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.SHAU Architects Preservasi area hijau dalam konsep reklamasi Jakarta Jaya: The Green Manhattan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau