JAKARTA, KompasProperti - Kendati sejumlah toko ritel di Indonesia mulai tutup, namun hal tersebut tidak serta merta membuat kinerja penjualan barang bebas pajak atau tax free shopping (TFS) di Tanah Air mengalami penurunan.
Bahkan, data Global Blue justru menunjukkan adanya lonjakan yang cukup signifikan pada September 2017 lalu.
Baca juga : Banyak Toko Tutup, Pemerintah Diminta Adil terhadap Ritel Online
Sejauh ini, sudah ada beberapa perusahaan yang telah menutup toko mereka, seperti Matahari yang menutup gerainya di Pasaraya Manggarai dan Pasaraya Blok M, serta Lotus Department Store yang baru saja menutup gerainya di gedung Djakarta Theater XXI, Jakarta Pusat.
Bahkan sebelumnya, PT Modern Internasional, operator toko swalayan 7-Eleven beberapa waktu lalu telah menutup seluruh operasi toko mereka di Indonesia.
Sejatinya, tertekannya kondisi ritel Indonesia sudah dimulai sejak semester kedua tahun 2016. Tak hanya disebabkan menurunnya daya beli atau spending power, pengamat ritel Andreas Kartawinata menyebut, penurunan terjadi akibat persaingan antar peritel.
"Banyak gerai-gerai yang tutup terutama fashion. Sebut saja satu di antaranya Debenhams di Kemang Village," kata Andreas kepada KompasProperti, Rabu (12/7/2017).
Merujuk laporan Global Retail Development Index 2017 yang dirilis AT Kearney, Indonesia kini berada di peringkat ke delapan, jauh di bawah Malaysia dengan poin 55,9.
Posisi Indonesia merosot tiga level dibanding capaian tahun lalu yang masuk dalam lima teratas dunia.
Meski merosot, Global Blue mencatat kinerja penjualan barang TFS cukup baik. Bahkan, pertumbuhan penjualan di Indonesia mencapai 12 persen. Pertumbuhan ini terjadi akibat bauran transaksi dan pertumbuhan rata-rata yang sehat.
Namun demikian, pertumbuhan transaksi TFS Indonesia masih jauh di bawah negara-negara Asia lainnya. Sebut saja China yang pertumbuhannya mencapai 62 persen, dan Malaysia yang mencapai 42 persen.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.