KompasProperti – Terpuruknya kondisi ritel turut menarik perhatian Perdana Menteri (PM) Australia Malcolm Turnbull. Ia segera angkat bicara. Seperti apa penjelasannya?
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik Australia (ABS) baru saja merilis data mutakhir terkait kondisi ritel Australia. Hasil publikasi menunjukkan, telah terjadi penurunan penjualan ritel selama dua bulan berturut-turut yaitu pada Juli dan Agustus.
Penurunan sebesar 0,6 persen pada Agustus lalu merupakan angka terburuk selama kurun waktu empat tahun terakhir.
Pada bulan sebelumnya, juga telah terjadi penurunan sebesar 0,2 persen. Akumulasi penurunan 0,8 persen tersebut menjadi penurunan back to back terbesar sejak 2010 silam.
Baca juga: Setelah Singapura, Giliran Ritel Australia Terguncang
Kondisi terseoknya ritel tentu membuat publik negeri kanguru tercengang. Tak terkecuali, PM Malcolm Turnbull.
Turnbull menganggap rendahnya pertumbuhan pendapatan masyarakat sebagai biang keladi goyahnya ritel Australia.
"Sementara kita merasakan pertumbuhan yang baik dalam penciptaan lapangan kerja, kita juga mesti mendorong pertumbuhan upah yang lebih kuat," ujar Turnbull seperti dilansir The New Daily, Jumat (6/10/2017).
Menurut dia, pendapatan masyarakat akan meningkat secara alami tatkala tingkat pengangguran turun. "Itulah mengapa pertumbuhan ekonomi begitu penting,” cetusnya.
Sementara itu, sejumlah ekonom memandang anjloknya sektor ritel tak lepas dari faktor kenaikan hutang rumah tangga dan juga harga rumah yang mereda.
Jika ditilik lebih lanjut berdasarkan data ABS, perdagangan ritel Agustus merosot paling banyak pada konsumsi media massa dan buku sebesar 2,3 persen.
Selain itu, ada pula faktor konsumsi makanan yang melorot 1,8 persen dan ritel barang elektronik dengan penurunan sebesar 1,6 persen.
Tidak ada negara bagian Australia yang berhasil selamat dari tren penurunan ritel tersebut. Adapun penurunan terbesar berlangsung di kawasan New South Wales serta Victoria dengan angka 0,8 persen.
Menyedot perhatian
Hubungan antara pertumbuhan upah rendah, lemahnya pengeluaran, dan lambatnya pertumbuhan ekonomi telah menjadi perhatian luas pelaku industri Australia dalam beberapa bulan terakhir.