Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembang China Pilih Indonesia Ketimbang Vietnam

Kompas.com - 17/09/2017, 23:55 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Dalam tiga tahun terakhir, konstelasi bisnis properti Indonesia diramaikan oleh kehadiran pengembang China.

Menyusul Hongkong Land yang telah lebih dulu masuk dengan menggandeng PT Jakarta Land membangun World Trade Center (WTC) Jakarta, Astra Property untuk proyek Anandamaya Residence, dan Sinarmas Land untuk proyek Nava Park.

Para pengembang China yang datang belakangan ini, justru percaya diri bersolo karier dengan membangun reputasi sendiri mulai dari nol. Mereka membawa fulus triliunan rupiah dari induk usahanya.

Baca: Para Pengembang China Beli Lahan di Indonesia secara Kontan

Sebut saja Kingland Group, China Construction and Communication Group (CCCG), Wuzhou Investment Group, dan Datzo Investama Group.

Mereka merintis pengembangan apartemen, masing-masing King Avenue di Alam Sutera, Daan Mogot City di Daan Mogot-Jakarta Barat, Jakarta Living Star di Cibubur-Jakarta Timur, dan The Noble di Alam Sutera, Tangerang.

Sementara Shenzen Yantian Port Group Co Ltd, dan Country Garden Holdings Co Ltd, menggaet Lippo Group mengembangkan kawasan industri di Cikarang.

Apa yang membuat mereka terpincut Indonesia?

Direktur Proyek Datzo Investama Group Ma Rui Zhui menuturkan, pasar Indonesia sangat besar dengan jumlah populasi lebih dari 250 juta. 

"Tentunya banyaknya jumlah penduduk ini membutuhkan angka hunian yang cukup tinggi. Ini peluang besar bagi kami," kata Ma Rui menjawab KompasProperti Jumat (15/9/2017). 

Alasan serupa juga diungkapkan CEO PT Sindeli Propertindo abadi, tentakel Wuzhou Investment Group di Indonesia, Wu Wei.

Menurut dia, Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial dibanding negara lainnya di Asia Tenggara.

Faktor bonus demografi, bertumbuhnya kalangan kelas menengah, serta populasi yang terus bertambah, menciptakan kebutuhan hunian yang demikian besar.

Data Leads Property Indonesia per kuartal III 2017 menunjukkan, tingkat serapan apartemen eksisting dan yang baru dilansir demikian tinggi. Tak main-main, angkanya mencapai 88,08 persen dari total 234.425 unit.

Wu tak menampik hal tersebut sebagai peluang bagus bagi perusahaannya untuk ikut serta menggarap pasar Indonesia dengan membangun apartemen, dan jenis properti lainnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau