Sejak 2016, tak kurang dari 76 miliar dollar AS, bisnis infrastruktur dari kesempatan yang berkaitan dengan jalur sutera baru ini, di mana Singapura memosisikan dirinya sebagai konektor dan kegiatan pembiayaan di bidang infrastruktur.
Dalam prosesnya, kota Singapura pun terus dikembangkan menjadi kota metropolitan kelas dunia yang semakin vibrant, dan tanpa ragu mengaplikasikan rancangan kota modern yang sesuai untuk menyambut misinya sebagai konektor jalur sutera baru.
Indonesia di Simpang Jalan
Sangat jelas dalam berbagai forum jalur sutera kini, Indonesia menjadi bagian sangat signifikan. Bahkan Presiden China pun dalam banyak kesempatan terlihat secara eksplisit menjadikan Indonesia mitra penting BRI.
Dengan kebutuhan 500 Miliar dollar AS dana infrastruktur, Indonesia bak primadona yang menyerap pesona investor. Dengan APBN yang hanya akan dapat memenuhi tak lebih dari 40 persen kebutuhan tersebut sampai 2019, merupakan ceruk besar bagi pemain pembiayaan dunia.
Apabila semangat jalur sutera modern ini digambarkan saat ini, kira-kira akan seperti apa?
Penguasaan konektivitas tidak hanya dalam infrastruktur fisik, namun juga penguasaan fintech, jalur komunikasi global, payment gateways, sistem investasi aset-aset infrastruktur, properti, dan permodalan.
Namun, bedanya dengan zaman jalur sutera dahulu kala, saat ini semua negara, dan masyarakat dapat mengambil manfaat dari pertarungan ekstra keras untuk mendapatkan investasi ini. Inovasi, jaringan, keandalan SDM, dan peraturan setempat akan menjadi penentu siapa yang menjadi pemenang.
Dalam kaitan jalur sutera, maka konektivitas, dan perkotaan menjadi tumpuan utama. Tantangan Indonesia untuk memanfaatkan dana besar yang ada pun, berkisar di sektor kereta api, jalan, pelabuhan, transportasi perkotaan, dan kawasan industri.
Dengan 30 kota berpenduduk lebih dari 1 juta jiwa, dan 7 metropolitan utamanya, sebagai bagian dari 10 besar ekonomi dunia, Indonesia sangat memerlukan pendanaan infrastruktur.
Keterbatasan pendanaan infrastruktur dasar, memberikan tekanan berat bagi kota kota kita. Apalagi kalau dihubungkan dengan keinginan untuk membangun kota-kota layak huni yang mampu memberikan ruang tumbuh yang inklusif bagi warganya.
Ada dua hal yang bisa menjadi pilihan Indonesia dalam hal ini:
1. Mengemukakan agenda pengembangan wilayah, yaitu memanfaatkan sebesar-besarnya keuntungan yang didapat dari kegiatan jalur sutera untuk mengembangkan daerah, mengurangi ketimpangan dan mengentaskan kemiskinan.
Bagi kota-kota, ini berarti turunnya jumlah kawasan kumuh, ketersediaan air bersih bagi warga dan meningkatkan Human Development Index (HDI) kita.