Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Tak Ramah Pejalan Kaki Itu Bernama Jakarta...

Kompas.com - 21/08/2017, 17:47 WIB
Dani Prabowo

Penulis

Alih-alih berjalan, penduduk Jakarta dan kawasan perkotaan lain di Indonesia lebih memilih untuk menggunakan mobil, bus, taksi, atau sepeda motor untuk menjangkau sebuah tempat yang jaraknya hanya 200 meter, dan bukannya berjalan kaki.

Konon, ada faktor kebudayaan yang mempengaruhi masyarakat enggan berjalan kaki. Para ekspatriat yang sudah lama tinggal di Indonesia, bahkan penduduk asli pun tak jarang merasa khawatir untuk berjalan di trotoar.

Kebiasaan malas berjalan juga terlihat di bandara internasional di Jakarta. Dimana pada saat yang sama banyak orang asing menghindari jalur pejalan kaki otomatis, orang-orang Indonesia justru terlihat memadatinya.

Potongan bukti anekdotal ini, seakan menguatkan survei yang dilakukan Stanford.

"Kami malas," kata Alfred Sitorus, Ketua Koalisi Pejalan Kaki, sebuah kelompok aktifis yang berbasis di Jakarta dan secara teratur melakukan kampanye di atas trotoar dengan memblokir sepeda motor yang memfungsikannya sebagai jalanan.

Kelompok tersebut terbentuk atas inspirasi dari keluhan anak perempuan termuda Sitorus, yang menilai bahwa trotoar sangat berbahaya.

Dengan memegang poster, mereka memohon agar para pesepeda motor tidak menggunakan trotoar sebagai jalur atau tempat parkir kendaraan mereka.

Bukannya dukungan, mereka justru merasa terancam oleh para pengendara sepeda motor yang marah.

"Sebagai anak-anak, kami belajar di sekolah bahwa trotoar adalah untuk pejalan kaki. Tapi mereka orang dewasa yang menggunakan sepeda motor, justru meraka OK menjadikannya sebagai tempat parkir kendaraan mereka," kata Sitorus.

"Apa yang sebenarnya membuat kita malas adalah kelalaian," lanjut dia.

Jeferson Butar, seorang pegawai di sebuah kantor telekomunikasi yang segedung dengan Dita, mengatakan, sulit mengubah perilaku dan kebudayaan masyarakat.

"Tapi sungguh, ini masalah pemerintah. Mungkin polisi dapat berbuat lebih banyak," ujarnya.

Chief Executive Officer One Pride, Fransino Tirta menilai, masyarakat tidak bisa berharap kepada Pemprov DKI Jakarta untuk membangun trotoar yang lebih banyak.

"Orang harus proaktif," kata pria yang juga memiliki arena pusat kebugaran itu.

"Jika berjalan kaki tidak nyaman, mereka dapat mencari aktivitas lain untuk mencari kebugaran dan kesenangan," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau