JAKARTA, KompasProperti - Trotoar. Sejatinya, tempat tersebut disediakan pemerintah dan diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin berjalan kaki. Namun tidak demikian yang terlihat di Jakarta.
Dita Wahyunita (24), seorang analis pemasaran, memiliki beragam alasan mengapa dirinya tidak bersedia berjalan di trotoar yang disediakan.
Mulai dari trotoar rusak, penutup selokan yang hilang, kabel listrik terbuka, hingga banyaknya pengendara sepeda motor yang secara agresif menyerobot jalur yang diperuntukkan bagi pejalan kaki itu.
"Saya memiliki beragam alasan, mengapa saya merasa tidak aman ketika berjalan di trotoar. Di sini, trotoar sangat mengerikan, berbeda dengan negara lain yang memiliki trotoar lebar yang diperuntukkan bagi pejalan kaki," kata Dita seperti dikutip dari The New York Times.
Dalam penelitian yang dilakukan Stanford University, Indonesia menjadi negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia. Adapun jumlah pejalan kaki setiap harinya hanya sekitar 3.513.
Di urutan pertama, terdapat Hong Kong dengan 6.880 dan China pada urutan kedua dengan 6.189. Sedangkan Ukraina, Jepang dan Rusia menempati urutan lima besar.
Penelitan tersebut melibatkan 717.000 orang di 111 negara, yang secara sukarela memantau 68 juta aktivitas dengan menggunakan sebuah aplikasi yang terpasang pada smartphone dan smartwatch mereka.
Aplikasi tersebut didesain peneliti Stanford, dan sekaligus menjadi penelitian terbesar yang pernah ada.
Setiap tempat memerlukan setidaknya 1.000 orang partisipan untuk dimasukkan dalam peringkat laporan.
Jakarta sendiri merupakan sebuah kawasan urban yanng dihuni lebih dari 10 juta jiwa. Sedangkan, untuk kawasan metropolitannya yang dihuni sekitar 30 juta jiwa, menjadi gambaran poster kesengsaraan dalam berjalan di kawasan ibu kota itu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.