Menurut dia, semenanjung selatan Malaysia ini mampu mentransformasi kompetisi yang keras menjadi sesuatu yang bernilai.
Meskipun sebelumnya Malaysia dan Singapura memang punya sejarah kompetisi yang keras, terutama di segmen politik, sekarang mereka saling bersinergi.
"Wajah Iskandar sekarang adalah potret kemampuan Malaysia dan para stakeholder-nya untuk memikirkan aspek politik dan komersial sama baiknya sehingga rencana induk yang dibuat bisa memanfaatkan kompetisi dengan baik," tutur Bernardus.
Sementara itu, Batam sudah kehilangan momentum untuk berhasil pada misi awalmya. Jadi, sekaranglah saatnya bagi Batam untuk melakukan reposisi dan spesialisasi.
Bernardus mengusulkan, jadikan Batam sebagai KEK untuk sektor pariwisata dan kuliner.
Batam punya sumber daya alam (SDA) lebih besar dibanding Singapura ataupun Iskandar. Kawasan ini bisa menjadi hub kuliner, pendidikan, jasa, dan lain-lain. Pasalnya tenaga pekerja juga tak kalah melimpah. Ini harus difokuskan.
Hanya, tambah Bernardus, tantangan terbesar Batam ada pada dualisme kepemimpinan, yakni Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam atau disingkat BP Batam, dan Pemerintah Kota Batam.
"Dualisme ini sesuatu yang konyol. Harus dihilangkan, dan salah satunya harus punya visi menjalankan pengembangan kawasan dan komersial secara spesifik dengan baik," kata Bernardus.
BP Batam, kata dia, harusnya dijadikan sebagai otoritas komersial seperti IRDA. Iskandar Malaysia adalah keberhasilan negeri tetangga yang mampu menerjemahkan politik menjadi daya saing yang tinggi.
Iskandar Malaysia awalnya dirancang sebagai wilayah ekonomi khusus yang berdaya saing tinggi. Dengan tantangan 650 juta populasi di kawasan Asia Tenggara, Iskandar tak hanya berkembang melayani Malaysia an sich, tetapi seluruh kawasan.
Ismail pun berpendapat demikian. Batam harus menciptakan sesuatu yang bernilai dan berdaya saing tinggi, tidak hanya ke dalam tetapi juga ke dunia luar.
Hal itulah yang dilakukan IRDA dengan Iskandarnya. Sesuatu yang bisa menarik investor membenamkan modalnya, sesuatu yang menarik kalangan internasional membelanjakan uangnya dan membeli properti.
"Kami mengemas Iskandar dengan menciptakan peluang berupa daya saing. Kami membangun di semua lini, mulai dari infrastruktur berstandar global, fasilitas, utilitas, dan lain sebagainya yang tercakup dalam rancangan induk komprehensif," papar Ismail.
Insentif berupa pengurangan pajak, kemudahan perizinan, dan lain-lainnya hanyalah bonus dan bukan yang utama. Jika Batam mau lebih berkembang, ciptakan dulu peluang sebagai "gadis cantik" yang layak dipinang.