Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Hatanto Reksodiputro mengatakan, untuk mencapai target ini, BP Batam akan fokus menggenjot sektor investasi yang menggunakan teknologi ramah lingkungan (green technology) serta industri berteknologi tinggi.
Alasannya, industri yang berbasis teknologi tinggi akan memakai tenaga kerja Indonesia yang lebih berkualitas.
Dengan penggunaan tenaga kerja yang berkualitas, Hatanto berharap, ke depan masalah upah tenaga kerja yang minim dan di bawah standar bisa dihindari.
"Hal itu akan mengurangi demo-demo," jelasnya.
Selain itu, BP Batam juga telah merevisi tarif uang wajib tahunan otorita (UWTO) melalui Peraturan Kepala (Perka) BP Batam No 1 tahun 2017 tentang Jenis Tarif Layanan pada Kantor Pengelolaan Lahan BP Batam.
Dengan revisi aturan ini, harapannya ke depan investor akan kembali tertarik untuk membenamkan modalnya di Batam.
Baca: Batam Bidik Investasi 571 Juta Dollar AS
Mafhum jika kemudian orientasi pembelajaran pun berubah. Tak lagi ke Batam yang pernah menjadi sentra pengembangan KEK di Asia Tenggara pada zamannya, melainkan ke Iskandar.
"Lupakan Singapura yang memang sudah established, mapan, dan 'mahal'. Dan cukup sulit kita kejar. Mari kita belajar bersama menciptakan iklim saling menguntungkan," imbuh Ismail.
Hal ini juga dikemukakan Ketua Umum Ikatan Perencanaan Indonesia (IAP), Bernardus Djonoputro.
Indonesia tak harus membahas Singapura yang sudah maju dengan daya kompetisinya yang tinggi. Bernardus menyarankan Indonesia untuk memandang Johor, terutama kawasan Iskandar.
Batam saat ini tertatih-tatih dan gagap mengantisipasi perkembangan aktual, baik dari sisi geopolitik maupun ekonomi.