Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Menata Kawasan Ekonomi Khusus dari Iskandar Malaysia

Kompas.com - 27/05/2017, 16:38 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

ISKANDAR, KompasProperti - Menyambangi kembali Iskandar, Johor Bahru, Malaysia, bagi Kompas.com sama halnya membuka buku tebal yang belum rampung dibaca.

Ada banyak bab kemajuan yang "tertulis" di sana, pencapaian yang mampu memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia, betapa Malaysia telah mampu menciptakan sebuah kawasan ekonomi khusus (KEK) bertaraf internasional.

Melalui Iskandar Regional Authority Development (IRDA), mereka mampu menarik investasi ratusan triliun rupiah dalam kurun waktu satu dekade terakhir dari sembilan sektor berbeda.

Kesembilan sektor itu adalah manufaktur, logistik, pariwisata, kesehatan, pendidikan, keuangan, kreatif, pengembangan teknologi, pembangunan terpadu, properti residensial, properti industri, utilitas, dan pemerintahan.

Dalam catatan IRDA, sejak KEK Iskandar didirikan pada 2006 hingga kuartal I-2017, komitmen investasi yang mampu diraup adalah senilai 227 miliar Ringgit Malaysia (RM) atau ekuivalen dengan Rp 706,6 triliun.

Dari sejumlah itu, 56 persen di antaranya sudah direalisasikan dalam bentuk berbagai proyek dalam sembilan sektor.

Baca: Merasakan Bermalam di Rumah Seharga Rp 40 Miliar

Legoland Malaysia Lego Hotel di Legoland, Iskandar, Johor Bahru, Malaysia.
Chief Executive IRDA Datuk Ismail Ibrahim menuturkan, target komitmen investasi hingga 2025 mendatang adalah sejumlah 383 miliar RM atau setara Rp 1.192 triliun.

"Kami optimistis target tersebut dapat tercapai. Kendati perekonomian global sedang melemah, namun pertumbuhan Iskandar sekitar 7 persen hingga 8 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan Nasional bahkan di seluruh regional Asia Tenggara," tutur Ismail menjawab Kompas.com, Rabu (24/5/2017).

Bandingkan dengan KEK Batam di Kepulauan Riau. Padahal Batam sudah direncanakan sebagai KEK sejak zaman Orde Baru.

Tahun lalu realisasi investasi mencapai 471 juta dollar AS atau setara Rp 6,2 triliun. Tahun 2017 ini realisasi investasi ditargetkan senilai 571 juta dollar AS atau sama dengan Rp 7,6 triliun.

Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Hatanto Reksodiputro mengatakan, untuk mencapai target ini, BP Batam akan fokus menggenjot sektor investasi yang menggunakan teknologi ramah lingkungan (green technology) serta industri berteknologi tinggi.

Alasannya, industri yang berbasis teknologi tinggi akan memakai tenaga kerja Indonesia yang lebih berkualitas.

www.reading.edu.my University of Reading in Iskandar, Johor Bahru, Malaysia.
Dengan penggunaan tenaga kerja yang berkualitas, Hatanto berharap, ke depan masalah upah tenaga kerja yang minim dan di bawah standar bisa dihindari.

"Hal itu akan mengurangi demo-demo," jelasnya.

Selain itu, BP Batam juga telah merevisi tarif uang wajib tahunan otorita (UWTO) melalui Peraturan Kepala (Perka) BP Batam No 1 tahun 2017 tentang Jenis Tarif Layanan pada Kantor Pengelolaan Lahan BP Batam.

Dengan revisi aturan ini, harapannya ke depan investor akan kembali tertarik untuk membenamkan modalnya di Batam.

Baca: Batam Bidik Investasi 571 Juta Dollar AS

Mafhum jika kemudian orientasi pembelajaran pun berubah. Tak lagi ke Batam yang pernah menjadi sentra pengembangan KEK di Asia Tenggara pada zamannya, melainkan ke Iskandar.

"Lupakan Singapura yang memang sudah established, mapan, dan 'mahal'. Dan cukup sulit kita kejar. Mari kita belajar bersama menciptakan iklim saling menguntungkan," imbuh Ismail.

Dokumentasi Leisure Farm Resort Kondisi gerbang kawasan pengembangan Leisure Farm Resort di Iskandar, Johor Bahru, Malaysia.
Menurut dia, ada banyak delegasi pemerintahan negara-negara di Asia Tenggara, termasuk BP Batam menjadikan Iskandar sebagai lokasi studi banding pengelolaan KEK.

Hal ini juga dikemukakan Ketua Umum Ikatan Perencanaan Indonesia (IAP), Bernardus Djonoputro.

Indonesia tak harus membahas Singapura yang sudah maju dengan daya kompetisinya yang tinggi. Bernardus menyarankan Indonesia untuk memandang Johor, terutama kawasan Iskandar.

Batam saat ini tertatih-tatih dan gagap mengantisipasi perkembangan aktual, baik dari sisi geopolitik maupun ekonomi.

Menurut dia, semenanjung selatan Malaysia ini mampu mentransformasi kompetisi yang keras menjadi sesuatu yang bernilai.

Meskipun sebelumnya Malaysia dan Singapura memang punya sejarah kompetisi yang keras, terutama di segmen politik, sekarang mereka saling bersinergi.

"Wajah Iskandar sekarang adalah potret kemampuan Malaysia dan para stakeholder-nya untuk memikirkan aspek politik dan komersial sama baiknya sehingga rencana induk yang dibuat bisa memanfaatkan kompetisi dengan baik," tutur Bernardus.

Hilda B Alexander/Kompas.com Klaster Bayou Creek di Iskandar, Johor Bahru, Malaysia.
Sementara itu, Batam sudah kehilangan momentum untuk berhasil pada misi awalmya. Jadi, sekaranglah saatnya bagi Batam untuk melakukan reposisi dan spesialisasi.

Bernardus mengusulkan, jadikan Batam sebagai KEK untuk sektor pariwisata dan kuliner.

Batam punya sumber daya alam (SDA) lebih besar dibanding Singapura ataupun Iskandar. Kawasan ini bisa menjadi hub kuliner, pendidikan, jasa, dan lain-lain. Pasalnya tenaga pekerja juga tak kalah melimpah. Ini harus difokuskan.

Hanya, tambah Bernardus, tantangan terbesar Batam ada pada dualisme kepemimpinan, yakni Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam atau disingkat BP Batam, dan Pemerintah Kota Batam.

"Dualisme ini sesuatu yang konyol. Harus dihilangkan, dan salah satunya harus punya visi menjalankan pengembangan kawasan dan komersial secara spesifik dengan baik," kata Bernardus.

BP Batam, kata dia, harusnya dijadikan sebagai otoritas komersial seperti IRDA. Iskandar Malaysia adalah keberhasilan negeri tetangga yang mampu menerjemahkan politik menjadi daya saing yang tinggi.

Iskandar Malaysia awalnya dirancang sebagai wilayah ekonomi khusus yang berdaya saing tinggi. Dengan tantangan 650 juta populasi di kawasan Asia Tenggara, Iskandar tak hanya berkembang melayani Malaysia an sich, tetapi seluruh kawasan.

Ismail pun berpendapat demikian. Batam harus menciptakan sesuatu yang bernilai dan berdaya saing tinggi, tidak hanya ke dalam tetapi juga ke dunia luar. 

Hal itulah yang dilakukan IRDA dengan Iskandarnya. Sesuatu yang bisa menarik investor membenamkan modalnya, sesuatu yang menarik kalangan internasional membelanjakan uangnya dan membeli properti.

"Kami mengemas Iskandar dengan menciptakan peluang berupa daya saing. Kami membangun di semua lini, mulai dari infrastruktur berstandar global, fasilitas, utilitas, dan lain sebagainya yang tercakup dalam rancangan induk komprehensif," papar Ismail.

Insentif berupa pengurangan pajak, kemudahan perizinan, dan lain-lainnya hanyalah bonus dan bukan yang utama. Jika Batam mau lebih berkembang, ciptakan dulu peluang sebagai "gadis cantik" yang layak dipinang.

"Apa yang mau dijual, bagaimana kondisinya, kualitasnya, dan seterusnya," tambah dia.

Terbukti, dengan strategi demikian, Iskandar mampu menggaet beberapa investor kelas kakap. China di urutan teratas dengan nilai investasi 24,56 miliar RM, disusul Singapura 20,17 miliar RM, Amerika Serikat dengan 6,79 miliar RM.

Berturut-turut setelahnya adalah Jepang 4,50 miliar RM, Spanyol 4,18 RM, Korea Selatan 3,11 miliar RM, Australia 2,74 RM, Jerman 2,36 miliar RM, India 2,24 miliar RM dan Uni emirat Arab 1,90 miliar RM. 

"Daya tarik utama yang harus dilakukan Batam adalah pembangunan ekosistem yang mampu menjawab kebutuhan para pebisnis dan investor, antara lain infrastruktur, transportasi publik, dan sumber daya alam," kata Ismail.

HBA/KOMPAS.com Properti gaya hidup untuk memenuhi prestis, simbol status dan koleksi.
Ismail mengakui, Iskandar memang telah menjadi lokasi pilihan investasi di Asia. Mereka datang karena infrastruktur fisik sudah siap, seperti konektivitas yang baik melalui jalan, laut dan udara, serta infrastruktur lunak, seperti pendidikan yang sangat baik dan fasilitas kesehatan, fasilitas rekreasi, pariwisata, dan gaya hidup urban.

"Lokasinya yang strategis di jantung Asia menyediakan akses mudah ke kawasan ASEAN dan pasar sekitarnya," kata Ismail seraya menambahkan, kedekatan Iskandar dengan Indonesia sebagai pasar yang terbesar sangat menguntungkan.

Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip mengatakan, sejatinya Batam dan Kepulauan Riau, Iskandar dengan Johor Bahru, dan Singapura bisa saling bersinergi dan melengkapi.

"Daya jual dan sektor yang diandalkan harus digenjot untuk menciptakan daya saing. Namun, sebelum itu, memang harus membangun infrastruktur. Agar semuanya siap, dan mampu mendorong pertumbuhan kawasan," kata Willson.

Iskandar Malaysia merupakan koridor ekonomi di Selatan Johor. Wilayah pengembangan meliputi area seluas 2.217 kilometer persegi. Luas wilayah ini tiga kali ukuran Singapura dan dua kali ukuran Hongkong.

Iskandar Malaysia dipertimbangkan untuk memanfaatkan sinergi dengan Singapura karena bertujuan untuk saling melengkapi satu sama lain sebagai pusat ekonomi dalam rancangan comprehensive development plan (CDP).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com