Di Surabaya, Apartemen Sewa Belum Dilirik Pengembang Besar

SURABAYA, KOMPAS.com - Kendati jumlah pengembang di Surabaya banyak, nyatanya mereka lebih suka membangun apartemen strata title ketimbang apartemen sewa.

Pengembang besar semacam Sinarmas Land dan Ciputra diketahui memiliki proyek apartemen di ibu kota Jawa Timur tersebut.

Sinarmas Land datang dengan proyek Klaska Residence yang akan dibangun mulai tahun ini dan terdiri dari 1.000 unit.

Sedangkan Ciputra mengembangkan Cornell dan Denver Apartment sebagai bagian dari perluasan Universitas Ciputra Apartment.

Namun, proyek-proyek apartemen itu termasuk jenis strata title atau dibangun untuk dijual, bukan disewakan.

Menurut Managing Director Corporate Strategy & Services Sinarmas Land Ishak Chandra, hal itu terjadi karena Surabaya yang notabene kota terbesar kedua di Indonesia memiliki potensi daya beli tinggi.

Hingga semester I 2016, tidak ada tambahan suplai ataupun tambahan peluncuran apartemen sewa baru. Jumlahnya pun tetap di angka 773 unit.

Jika dibandingkan apartemen strata title, maka ini berbanding terbalik. Pasalnya, suplai apartemen strata title di kota Pahlawan ini bertambah sebanyak 2.872 unit, sehingga secara kumulatif menjadi 26.463 unit.

Jumlah apartemen sewa baru bakal bertambah saat 2017 dengan selesainya pembangunan Citadines Marvell Surabaya dan Oakwood Serviced Apartment yang menyumbang 432.

Citadines Marvell Apartment menjadi properti ketiga milik The Ascott Limited setelah Somerset Surabaya dan Ascott Waterplace Surabaya yang telah beroperasi sejak 2001 dan 2005.

Berlokasi di area Ngagel, dekat dengan kawasan industri Rungkut, apartemen ini menyasar pasar pekerja dan para wisatawan.

Sementara itu Oakwood Serviced Apartment menjadi proyek pertama Oakwood Worldwide di Surabaya.

Tak seperti merek Oakwood Premier di Jakarta, Oakwood Apartment memberikan unit penuh perlengkapan dengan servis terbatas.

Kedua apartemen itu berlokasi di Surabaya Timur, namun distribusi apartemen sewa justru paling banyak di Surabaya Barat dengan 77 persen.

Sedangkan Surabaya Timur hanya 9 persen, Surabaya Pusat 10 persen, dan terakhir Surabaya Selatan sebesar 4 persen.