Setelah melepaskan diri dari profesi sebagai tukang pikul, Simon kemudian membeli satu unit rumah lagi di kawasan Babelan, Bekasi, pada 2005 lalu.
Rumah ini dibelinya dengan harga Rp 265 juta. Saat ini, harganya sudah meroket menjadi Rp 800 juta.
Hanya melambat
"Di manapun lokasinya, kalau sudah berkembang pasti harga propertinya ikut naik," tambah Simon.
Hingga saat ini, lelaki berkulit legam tersebut telah memiliki lima aset properti dengan total nilai Rp 5 miliar.
Prinsip hidup Simon dalam memutuskan berinvestasi properti mendapat pembenaran dari para pelaku usaha atau pengembang.
Menurut Vice President Corporate Marketing PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) Indra W Antono, berinvestasi properti adalah pilihan tepat. Aset memang tak bergerak, namun harganya selalu meningkat dari tahun ke tahun.
"Walaupun ekonomi melambat hanya 4,8 persen tahun lalu, tapi harga properti tumbuh 10-15 persen. Pertumbuhan ini sedikit melambat dibanding tahun 2012-2013 lalu yang bisa mencapai 20-30 persen," ujar Indra kepada Kompas.com, Minggu (3/4/2016).
Kenaikan harga properti, jelas Indra, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertama dan terutama adalah pertumbuhan populasi. Laju pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan laju pertambahan rumah.
Karena itu, permintaan akan rumah selalu ada dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Tingginya permintaan inilah yang membuat harga rumah terus melonjak.
Kedua, tambah Indra, adalah perkembangan kawasan di lokasi perumahan tersebut yang dipicu perbaikan atau peningkatan peembangunan infrastruktur.