Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Urusan Perumahan, India Lebih Transparan Ketimbang Indonesia

Kompas.com - 06/02/2014, 18:41 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Transparansi dan prediksi merupakan dua faktor penting yang mempengaruhi kebijakan sektor perumahan dan perekonomian Nasional. Hanya, belum banyak negara yang merekam pertumbuhan pembangunan perumahan secara transparan, dan mengukur dampaknya melalui Indeks Perumahan Baru (Housing Start Up Index/HUSI).

Dari negara yang langka itu, India merupakan negara ketujuh di dunia yang merilis HUSI. HUSI India menunjukkan tren menarik, terutama penurunan pembangunan perumahan kurun 2009 dan 2011 di kota-kota besar seperti Kolkata, Chennai, dan Bangalore. Akan tetapi, hal sebaliknya terjadi di Dehradun, Bhopal, dan Hubil yang justru memperlihatkan peningkatan.

Data HUSI tersebut menjelaskan secara gamblang bahwa ledakan properti di India mengikuti pola klasik. Dimulai dari kota-kota besar untuk kemudian menyebar ke kota sekunder.

Selain India, negara lain yang telah merilis HUSI adalah Amerika Serikat, Jepang, Perancis, Australia, dan Selandia Baru. Mereka mengeluarkan indeks tersebut secara teratur dan berkala untuk mengevaluasi tren di sektor perumahan, dan menganalisis dampaknya terhadap sektor-sektor lainnya seperti industri perbankan, infrastruktur, dan konstruksi.

Sementara Indonesia, jangankan membuat HUSI, menetapkan jumlah kekurangan dan jenis rumah saja, masih menggunakan angka "kira-kira" alias tak jelas. Jadi, bagaimana mau memproduksi kebijakan perumahan yang tepat bila angka-angka prediksi tidak jelas dan transparan.

Ketua Dewan Kehormatan Real Estat Indonesia (REI) Teguh Satria, mengatakan defisit rumah rakyat atau lazim disebut backlog yang selama ini didengung-dengungkan, dianggap tidak jelas. Ketidakjelasan tersebut berpengaruh terhadap kebijakan perumahan Nasional yang dibuat pemerintah. Pada gilirannya, arah kebijakan menjadi salah, untuk kemudian dikatakan sesat.

Menurut Teguh, sampai 2010 lalu kekurangan rumah mencapai 13,9 juta. Jika diasumsikan per tahun kebutuhan mencapai 700.000 sampai 800.000 unit, maka backlog kumulatif mencapai sekitar 15 juta.

"Itu dari segi jumlah yang hanya merupakan angka asumsi. Belum lagi bila dilihat secara lebih jernih dan menghindari dikotomi; kebijakan dan implementasi, maka ketidakjelasan itu juga harus dijabarkan melalui perspektif segmentasi rumah yang mengalami disparitas tersebut," papar Teguh saat seminar Pandangan Ke Depan Kebijakan Rumah di Tahun Politik 2014, beberapa waktu lalu.

Rumah, lanjut Teguh, pada dasarnya dibagi dalam tiga segmen utama. Pertama, rumah yang milik. Rumah kategori ini juga terbagi lagi menjadi dua, rumah milik subsidi dan rumah milik komersial. Kedua, rumah sewa dan ketiga rumah sosial.

"Bagaimana mau menghasilkan peta jalan (roadmap) perumahan bila dalam merumuskan segmen atau kategori rumah dan jumlah backlog saja masih bias?," tanya Teguh.

Padahal, HUSI dianggap sebagai langkah besar dalam membawa transparansi dan prediktabilitas. Sektor perumahan India, contohnya, telah memberikan kontribusi 10 persen terhadap Product Domestic Bruto (PDB) Nasional. Selain itu, sektor perumahan juga telah mempekerjakan, langsung atau tidak langsung, 30 juta orang.

HUSI juga berguna sebagai indikator ekonomi dan alat utama bagi industri dalam merencanakan dan menyusun strategi, terutama industri terkait sektor properti seperti semen, konstruksi, tenaga kerja dan peralatan rumah tangga.

HUSI pertama India diterbitkan pada 3 Februari lalu oleh Departemen Perumahan dan Perkotaan Pengentasan Kemiskinan, dan Bank Sentral (Reserve Bank of India). Indeks tersebut merekam dan mengevaluasi kinerja sektor perumahan di 27 kota pada tahun 2009 dan 2011. Jumlah kota yang dianalisa akan bertambah menjadi 300 pada tahun-tahun mendatang.
 
"Indikator-indikator ini membantu para pembuat kebijakan dan administrator memahami fokus masalah dan mendorong masa depan tidak hanya dalam hal penyediaan perumahan melainkan juga semua infrastruktur terkait dan fasilitas sipil," kata Menteri Perumahan dan Pengentasan Kemiskinan India, Girija Vyas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Tengah: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Selatan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangka Selatan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
REI Nilai Gebrakan Ara Bertolak Belakang dengan Satgas Perumahan

REI Nilai Gebrakan Ara Bertolak Belakang dengan Satgas Perumahan

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bintan: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bintan: Pilihan Ekonomis

Perumahan
[POPULER PROPERTI] Ara Bagi-bagi Rp 100 Juta Buat Penghuni Huntap Cianjur

[POPULER PROPERTI] Ara Bagi-bagi Rp 100 Juta Buat Penghuni Huntap Cianjur

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Karimun: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Karimun: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Ingin Perpanjang Masa Pakai Kipas Angin di Rumah? Lakukan 5 Hal Ini

Ingin Perpanjang Masa Pakai Kipas Angin di Rumah? Lakukan 5 Hal Ini

Tips
Pemerintah Punya Cara Pindahkan Warga di Zona Merah Gempa Cianjur

Pemerintah Punya Cara Pindahkan Warga di Zona Merah Gempa Cianjur

Berita
Pakuwon Mall Bekasi Dibuka, Standar Baru Berbelanja Senilai Rp 843 miliar

Pakuwon Mall Bekasi Dibuka, Standar Baru Berbelanja Senilai Rp 843 miliar

Ritel
Ara Bagi-bagi Rp 100 Juta Titipan Prabowo Buat Penghuni Huntap Cianjur

Ara Bagi-bagi Rp 100 Juta Titipan Prabowo Buat Penghuni Huntap Cianjur

Berita
Tepis soal Proyek Jumbo Disetop, Dody: Cuma Selektif

Tepis soal Proyek Jumbo Disetop, Dody: Cuma Selektif

Berita
Cakupan Layanan Irigasi Bendungan Semantok Akan Ditambah 499 Hektar

Cakupan Layanan Irigasi Bendungan Semantok Akan Ditambah 499 Hektar

Berita
Keluhan Penghuni Huntap Tahap III Cianjur, Mulai dari Air Keruh hingga Baru Dapat Sertifikat 10 Tahun

Keluhan Penghuni Huntap Tahap III Cianjur, Mulai dari Air Keruh hingga Baru Dapat Sertifikat 10 Tahun

Berita
Rencana Ambisius Iran, Punya Jaringan Kereta ke China via Afganistan

Rencana Ambisius Iran, Punya Jaringan Kereta ke China via Afganistan

Berita
Durasi Perjalanan Tamu Asing di Jakarta Lebih Pendek

Durasi Perjalanan Tamu Asing di Jakarta Lebih Pendek

Hotel
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau