JAKARTA, KOMPAS.com - Satu dekade silam, kawasan di Kabupaten Tangerang ini masih dianggap sebelah mata, serta tidak ada dalam radar para pengembang dan investor.
Bahkan oleh Sinarmas Land sekalipun yang notabene memiliki cadangan lahan (land bank) ribuan hektar, masih belum mau memanfaatkannya.
Namun, kondisi itu berubah 180 derajat saat PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI berencana memperluas fungsi dan fisik Stasiun Cisauk serta menjadikannya sebagai kawasan transit oriented development (TOD).
Sinarmas Land pun membuka dan menjalin kerja sama dengan KAI guna merealisasikan perluasan Stasiun Cisauk sebagai Kawasan Intermoda BSD City.
Stasiun Cisauk yang dirancang dapat menampung 20.000 penumpang per hari melayani KRL Commuter Line rute perjalanan Jakarta (Stasiun Tanah Abang)–Rangkas Bitung (Stasiun Maja). Bangunan ini berdiri di atas lahan seluas 1.440 meter persegi.
Baca juga: 96,4 Persen Apartemen Mewah di Jakarta Laku Terjual
Di lantai dua stasiun dibangun jembatan penghubung di atas udara atau skywalk sepanjang 350 meter. Fungsinya untuk mempermudah penumpang Stasiun Cisauk menuju ke Terminal Shuttle Bus BSD Link dan Pasar Modern Intermoda BSD City.
Kawasan ini juga memiliki terminal bus layang (elevated) yang terletak di lantai dua. Selain itu, gedung stasiun terkoneksi dengan pintu masuk dan keluar Pasar Modern dan Terminal Shuttle Bus BSD Link.
Tak hanya pengembang swasta nasional dan badan usaha milik negara (BUMN), juga perusahaan asing.
Di luar Sinarmas Land sebagai kontributor pembangun, para pengembang ini menjadikan Kawasan Intermoda BSD City Cisauk sebagai marketing gimmick.
Terbaru adalah Hankyu Hanshin Properties Corporation. Pengembang yang berbasis di negeri matahari terbit, Jepang, ini baru saja mengumumkan proyek mereka yang bertajuk Springhill Yume Lagoon.
Mereka menggandeng Springhill Group, menggarap lahan seluas 15 hektar untuk dikembangkan sebagai perumahan yang berisi 1.200 unit dan dilengkapi ruko.
Direktur Pengembangan Bisnis Springhill Group Rudy Budiman menganggap Cisauk merupakan sunrise property yang memiliki infrastruktur lengkap, terutama terkait mobilitas warganya, KRL, jalan tol, dan jalan arteri.
"Kami tertarik membangun kawasan ini karena secara infrastruktur konektivitas sudah lengkap. Selain itu, pertumbuhan harganya juga paling baik di antara kawasan Jadebotabek lainnya," kata Rudy menjawab Kompas.com, Rabu (30/10/2019).
Hankyu dan Springhill menargetkan penjualan perumahan ini senilai Rp 1,1 triliun.