Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Banjir, Jakarta Bakal Rugi 321 Miliar Dollar AS

Kompas.com - 25/10/2017, 11:00 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KompasProperti - Banjir menjadi persoalan tahunan yang kerap dialami Indonesia dan juga negara-negara lain di dunia. Perubahan iklim dan cuaca yang ekstrim, menyebabkan banjir yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir semakin meningkat.

General Manager PT Grundfos Pompa Indonesia Giancarlo Roggiolani mencatat, setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir sudah dua banjir besar terjadi di Jakarta, yaitu pada tahun 2007 dan 2013.

Akibat peristiwa itu, tidak sedikit warga yang menjadi korban, baik itu hilang maupun meninggal dunia.

Dampak lain yang ditimbulkan adalah rumah hanyut, infrastruktur rusak, proyek konstruksi yang sedang berjalan memerlukan biaya lebih besar dan waktu yang lebih lama untuk diselesaikan.

"Banjir juga memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat, baik itu berupa kontaminasi atas berbagai macam penyakit maupun polusi," kata Roggiolani dalam sebuah seminar di Jakarta, Selasa (24/10/2017).

Studi yang dilakukan Grundfos bekerja sama dengan Eco-Business menyatakan, perubahan iklim dan meningkatnya suhu global diperkirakan berdampak terhadap naiknya tinggi permukaan laut dan intensitas curah hujan.

Studi tersebut dilakukan terhadap 417 pemimpin industri berkelanjutan di Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam.

Sementara dari studi yang dilakukan terhadap para ahli di Indonesia, dinyatakan bahwa 60 persen responden percaya bahwa Indonesia akan menghadapi kondisi cuaca dan iklim yang jauh lebih ekstrim pada dekade berikutnya.

Hal itu memperkuat laporan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), pada tahun 2070, sejumlah kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Palembang, Surabaya, dan Makassar diproyeksikan akan kehilangan aset senilai total 453 miliar dollar AS yang disebabkan oleh cuaca buruk seperti banjir.

Jakarta sendiri diperkirakan akan mengalami kerugian sebesar 321 miliar dollar AS.

"Responden merasa suhu rata-rata dan curah hujan telah meningkat di Indonesia. Mereka juga merasa bahwa musim hujan dan musim kemarau menjadi kurang bisa diprediksi," kata Research Director Eco-Busines Researc, Tim Hill.

Hill menambahkan, Pemerintah Indonesia selama ini telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi persoalan banjir.

Namun, menurut penilaian responden, diperlukan peningkatan sumber daya serta anggaran untuk investasi dalam menyelesaikan persoalan ini.

"Peningkatan partisipasi masyarakat juga dibutuhkan. Terutama, dalam pembebasan lahan dan pengelolaan lingkunga," lanjut Hill.

Faktor penyebab

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau