Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siap-siap, Cikembar Sukabumi Bakal Kebanjiran Industri

Kompas.com - 08/10/2020, 10:52 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Selain koridor timur Jakarta seperti Karawang dan Subang, kawasan lain yang diprediksi akan mengalami perkembangan pesat adalah Cikembar di Sukabumi.

Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengungkapkan, Cikembar menjadi pilihan investor industri karena Bogor tidak memiliki lagi persediaan lahan untuk pengembangan kawasan industri.

"Konsekuensinya, pengembangan pun beralih ke arah selatan yakni kawasan Cikembar, Sukabumi. Sudah ada lahan untuk industri seluas 223 hektar," kata Ferry, Rabu (7/10/2020).

Jika Karawang dan Subang dilengkapi faktor pembangunan infrastruktur Pelabuhan Patimban, maka Cikembar punya infrastruktur konektivitas Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi).

Selain itu, harga lahan di kawasan ini masih terbilang lebih kompetitif dibanding Bogor, Karawang atau Subang.

Baca juga: Empat Sektor Penopang Kawasan Industri dan Rekomendasi Masa Depan

Sementara untuk kinerja kawasan industri secara umum selama periode tiga kuartal Tahun 2020, Colliers mencatat tidak ada penambahan lahan, bahkan sampai pertengahah tahun depan.

Saat ini pengembang kawasan berfokus pada konsolidasi. Pemilik atau pengembang kawasan industri tidak mengembangkan lahan dan fokus pada pelayanan penyewa eksisting.

Akibatnya, total penjualan pun menurun, hanya tercatat sebesar 27,81 hektar. Sektor otomotif menjadi kontributor penjualan lahan inudtri terbesar yakni 67 persen.

Disusul sektor makanan dengan 25 persen dan data center 13 persen. Sektor terakhir ini melejit sejak ada kebijakan Pandemi Covid-19 dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengubah perilaku berbelanja masyarakat.

Dengan demikian, total penjualan dan penyewaan lahan hingga September 2020, hanya 118.12 hektar atau 33,4 persen dari total penjualan tahun 2019.

Kinerja penjualan yang menurun ini menyebabkan harga lahan industri relatif stabil. Sebaliknya, sejumlah kawasan industri justru menurunkan harga jual sebesar 10 persen.

"Ini terjadi di kawasan industri di kawasan Bekasi dengan besaran penurunan harga sekitar 10 persen," lanjut Ferry.

Namun demikian, menurut Ferry, penyesuaian nilai tukar atau exchange rate dari dollar AS ke Rupiah juga ikut memengaruhi merosotnya harga jual lahan industri.

Lahan industri di Bogor tetap menempati posisi termahal dengan angka rata-rata 263,28 dollar As per meter persegi. 

Kemudian Karawang 191,60 dollar AS per meter persegi, Tangerang dengan harga rata-rata 175,52 dollar AS per meter persegi, Bekasi 161,67 dollar AS per meter persegi, dan Serang 146,08 dollar AS per meter persegi.

Dengan melihat kondisi aktual seperti ini, Colliers memperkirakan tren penjualan akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2020, sekitar 150 hektar.

Angka ini hanya 43 persen dari total penjualan yang tercatat pada tahun 2019.

Sementara penjualan per tahun hingga 2024 mendatang sekitar 198,3 hektar.

"Selama pandemi, sektor makanan dan kesehatan terlihat menonjol dan masih akan berlanjut," imbuh Ferry.

Potensi penyerapan akan datang dari berkembangnya bisnis e-commerce yang membutuhkan gudang, diikuti bisnis yang terkait dengan teknologi.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com