Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Bung Karno Membongkar Rumah Proklamasi

Kompas.com - 17/08/2020, 18:50 WIB
Suhaiela Bahfein,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rumah Proklamasi memiliki arti penting dalam perabadan sejarah Indonesia.

Sebab, di tempat itulah Presiden Pertama Republik Indonesia (RI), Ir Soekarno membacakan rumusan teks Proklamasi yang menandai Hari Kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945.

Rumah yang berlokasi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Menteng, Jakarta Pusat, ini dirobohkan pada 27 Agustus 1950.

Bukan tanpa alasan, perobohan gedung bersejarah tersebut atas permintaan Bung Karno sendiri.

Apa alasan di balik itu?

Arsitek dan pemerhati bangunan bersejarah Bambang Eryudhawan mengungkapkan, Bung Karno dan beberapa pejuang Indonesia serta perwakilan daerah melakukan Musyawarah Nasional yang menghasilkan "Pernjataan Bersama" (Pernyataan Bersama).

Pernyataan bersama tersebut diteken oleh Bung Karno beserta Wakil Presiden Pertama RI Mohammad Hatta pada 14 September 1957.

"Tidak lama setelah itu, terjadilah PRRI/Permesta," kata Bambang dalam webinar "Di Balik Robohnya Bangunan Rumah Proklamasi", Senin (17/8/2020).

Baca juga: Duduk Perkara Rumah Karya Soekarno di Bandung yang Dikabarkan Mangkrak

Setelah itu, dibentuk Dewan Perancang Nasional atau "arsitek" dalam artian luas. Arsitek inilah yang membantu mewujudkan kebutuhan masyarakat Indonesia berupa rancangan  335 proyek.

Proyek tersebut dibagi dua, Proyek A dan Proyek B. Proyek A mencakup seluruh fasilitas dasar atau primer yang dibutuhkan masyarakat Indonesia.

Sementara proyek B meliputi hasil bumi atau hasil kekayaan Indonesia untuk membiayai proyek A. Proyek ini diumumkan oleh Profesor Mohammad Yamin.

Rumah Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur No.56, Menteng, Jakarta Pusat.rencongpost.com Rumah Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur No.56, Menteng, Jakarta Pusat.

Semua pihak yang terlibat, mendukung proyek tersebut hingga banyak diiklankan di surat kabar dengan tagline "Maju Terus Pembangunan Semesta Berentjana".

Pada 1 Januari 1961, Bung Karno memutuskan untuk memulai pembangunan semesta berencana dan mencanangkan cangkulan pertama di rumah kesayangannya, Rumah Proklamasi.

Gatot Subroto dan Gubernur DKI Jakarta Periode 1960-1964 Soemarno Sosroatmodjo tercatat menjadi saksi atas peristiwa bersejarah itu.

"Bung Karno pun memutuskan, rumah yang dia sayangi ditumbalkan. Rumah beliau yang sempat menjadi "milik RI" dan dijadikan Wisma Nasional ini dikorbankan untuk sebuah proyek yang lebih besar," urai Bambang.

Namun, keputusan Bung Karno ini bukannya tanpa protes.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Henk Ngantung pada saat itu sempat mengajukan protes keras dan bertanya mengapa Bung Karno melakukan hal tersebut.

Baca juga: ITDP dan Bike2Work Donasikan Rak Parkir Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Terang saja Bung Karno marah. Hingga akhirnya Henk Ngantung membuat maket kompleks Rumah Proklamasi dan disimpan di salah satu kantor PT PP (Persero) Tbk yang berlokasi di Jalan Thamrin.

Sebelum Rumah Proklamasi dibongkar, pada saat bersamaan tengah dibangun Gedung Pola yang berada di belakangnya.

Pemikiran Nasser

Menurut Bambang, Bung Karno memiliki pemikiran yang sama dengan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.

Pada saat itu, Nasser mengorbankan monumen bersejarah Abu Simbel untuk dipindahkan atau dipotong sebagai tempat pembangunan Bendungan Aswan.

"Karena yang saya perlukan saat ini adalah Bendungan Aswan untuk menghidupi kehidupan masyarakat Mesir pada hari ini dan masa depan," tutur Bambang yang menceritakan Nasser.

Menurut Bambang, pemikiran Bung Karno pada saat itu tentu berbeda dengan orang yang hidup pada saat ini.

Namun tak dapat dimungkiri, imbuh Bambang, peristiwa tersebut merupakan bagian dari sejarah Indonesia saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com