JAKARTA, KOMPAS.com - Kinerja bisnis perhotelan di Bali anjlok selama Kuartal II-2020. Bahkan, boleh disebut jauh lebih buruk ketimbang Kuartal I.
Menurut data STR Global, pada April dan Mei tingkat okupansi hotel di Pulau Dewata ini tercatat paling rendah sepanjang sejarah.
Angkanya kurang dari 10 persen dengan tarif harian rata-rata atau average daily rate (ADR) di bawah 50 dollar AS per malam.
Kendati demikian, hingga 2021 mendatang Bali akan menambah sekitar 972 kamar dari delapan hotel dengan berbagai klasifikasi.
Dari total jumlah kamar dan hotel tersebut, dua di antaranya berklasifikasi bintang tiga, yakni Yello Hotel Kuta Beach Bali dengan 147 kamar, dan Holiday Inn Hotel Canggu dengan 165 kamar.
Keduanya dalam status under construction.
Baca juga: Bisnis Hotel di Bali Terpuruk, Turis Domestik Bakal Jadi Penyelamat
Kemudian dua hotel lainnya berklasifikasi bintang empat, yakni Novotel Hotel Ubud Payangan dengan 165 kamar dalam status under construction, dan Preferences Hotel Batu Belig 100 kamar yang masih dalam perencanaan.
Selanjutnya, empat hotel berklasifikasi bintang lima yakni Jumeirah Jimbaran 104 kamar, Andaz Bali Hotel 145 kamar, Kimpton Resort Nusa Dua 50 kamar, dan Swissotel Bali sebanyak 96 kamar.
Seluruh hotel bintang lima ini masih dalam proses konstruksi.
Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan, protokol baru harus diterapkan di hotel-hotel Bali.
Terutama terkait kebersihan, kesehatan dan keamanan, ini bisa menjadi salah satu poin untuk meyakinkan turs, baik lokal maupun asing untuk menginap di hotel.
"Penyesuaian beberapa protokol dan proses bisnis mungkin diperlukan. Penilaian kembali bisnis mungkin juga diperlukan untuk tetap bertahan dalam bisnis," kata Ferry dalam paparan Property Market Outlook Q2-2020 secara virtual, Rabu (8/7/2020).
Menurut Ferry, bisnis dan industri perhotelan Bali akan mengalami tantangan berat, setidaknya sampai akhir 2020.
"Karena itu kami memperkirakan tingkat hunian rata-rata akan kurang dari 50 persen. Wisatawan akan menunda perjalanan mereka menunggu sampai vaksin ditemukan," imbuh Ferry.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.