Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa Transportasi Alternatif Selama Pandemi, Jakarta Bakal "Gridlock"

Kompas.com - 05/06/2020, 07:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 berdampak pada mobilitas masyarakat, khususnya di perkotaan.

Kebijakan Pemerintah yang memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berimbas pada pergerakan transportasi publik dan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Hal ini memaksa pengelola mengurangi kapasitas transportasi publik hingga di bawah 50 persen. Padahal selama masa krisis, kebutuhan mobilitas menjadi lebih penting.

Menurut Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), dengan adanya protokol keamanan di setiap moda transportasi, para penumpang diwajibkan menjaga jarak minimal 1 meter.

ITDP memprediksi, aturan ini akan menimbulkan antrean penumpang hingga ke JPO dan trotoar. Dampaknya adalah pengurangan ruang bagi pejalan kaki.

Baca juga: Transportasi Higienis, Kebutuhan Penting Saat New Normal

"Terbatasnya kapasitas transportasi publik dan tidak adanya alternatif moda, membuat warga cenderung beralih ke kendaraan pribadi," tulis ITDP dalam keterangan kepada Kompas.com, Kamis (4/6/2020).

Menurut lembaga ini, berkurangnya kapasitas angkut transportasi publik dikhawatirkan membuat warga beralih ke kendaraan pribadi.

Hal ini terjadi karena tidak adanya opsi transportasi berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Dikhawatirkan, nantinya, Jakarta akan kembali memasuki fase kemacetan total atau gridlock yang berakibat pada semakin buruknya kualitas udara serta memperparah penyebaran Covid-19.

Selain itu, protokol PSBB yang mengharuskan warga berada di rumah, membuat warga yang memiliki keterbatasan ruang tidak dapat beraktivitas aktif, seperti berolahraga.

Kurangnya ruang publik juga membatasi gerak warga untuk beraktivitas secara nyaman sambil menerapkan jaga jarak.

Baca juga: ITDP Rekomendasikan Manajemen Transportasi Jakarta

Setelah masa PSBB, masa relaksasi menjadi ujian bagi transportasi publik di Jakarta. Untuk itu, transportasi yang mendukung harapan ini adalah sepeda.

Sebagai informasi, selama masa karantina diri, upaya untuk menciptakan jalur sepeda merupakan salah satu kebijakan paling populer.

Pemerintah kota dan beberapa negara menghadirkan jalur sepeda sementara atau pop up bike line.

Jalur-jalur ini diterapkan di beberapa kota seperti Bogota dan Paris serta di beberapa negara seperti Meksiko dan Filipina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau