JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 mengubah tatanan dan cara beraktivitas masyarakat. Selain itu, beragam kebiasaan juga diprediksi akan disesuaikan guna mencegah penularan virus semakin meluas.
Meski pandemi disebut belum berakhir, namun di Indonesia, banyak pihak mulai memperbincangkan protokol new normal atau tatanan kehidupan normal baru.
Bahkan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengeluarkan panduan mitigasi Covid-19 di tempat kerja.
Menurut Terawan, dalam situasi pandemi Covid-19 roda perekonomian harus tetap berjalan dengan mengedepankan langkah-langkah pencegahan.
Baca juga: Saat New Normal, Modifikasi Jam Kerja Dibutuhkan di Transportasi Umum
Dengan demikian, diharapkan panduan yang dikeluarkan dapat meminimalisasi risiko dan dampak pandemi di tempat kerja.
Akan tetapi, potensi penularan Covid-19 tak hanya terjadi di tempat kerja. Para pekerja bisa saja tertular selama perjalanan.
Lalu pertanyannya, bagaimana dengan transportasi publik harus dijalankan selama fase ini?
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno mengatakan, transportasi saat ini perlu menekankan pada aspek keamanan, kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan.
"Goal-nya adalah transportasi higienis," tutur Djoko menjawab pertanyaan Kompas.com, Kamis (28/5/2020).
Untuk menuju ke tujuan itu, maka Kementerian Perhubungan perlu membuat regulasi pendukung bersama dengan para operator transportasi.
Tak hanya itu, Djoko menuturkan, jika dulu transportasi berfokus pada mengatur kapasitas, maka saat ini transportasi publik perlu memerhatikan besaran kapasitas.
Ini artinya, armada transportasi publik tidak lagi berfokus pada bagaimana mengangkut penumpang sebanyak-banyaknya, namun pada kapasitas armada.
Baca juga: Cara Negara Maju Mengubah Sistem Transportasi Umum Saat Pandemi
Sebelumnya, transportasi umum di kota-kota besar berfokus pada bagaimana mengangkut warga secara massal dalam satu armada.
Sementara di kota kecil biasanya hanya menyediakan transportasi dengan kapasitas yang berbeda.
"Kalau dulu kan kota besar busnya besar, kalau kota kecil ngapain? Cukup angkot aja. Sekarang kita enggak bicara itu lagi, sekarang kita bicara besaran kapasitasnya," kata Djoko.