Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Krisis Keuangan, Pebisnis Hotel di Asia Perbesar Utang

Kompas.com - 18/05/2020, 20:51 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pemilik hotel di seluruh Asia saat ini sedang mengusahakan pinjaman lebih besar guna meningkatkan arus kas yang terus merosot, dipicu kinerja negatif tingkat hunian.

Hal ini terjadi karena kebijakan pembatasan perjalanan dan pariwisata sebagai dampak Pandemi Covid-19.

Akibatnya, industri perhotelan di seluruh Asia mengalami krisis keuangan, bukan hanya pendapatan yang terus berkurang, melainkan juga ongkos operasional yang harus tetap dibayar.

Executive Vice President JLL Adam Bury dan Senior Vice President Hotels & Hospitality Group JLL Corey Hamabata mengatakan, pembatasan perjalanan memaksa pemilik hotel untuk mempertimbangkan sejumlah opsi pembiayaan jangka pendek.

Menurut mereka, dengan modal investasi yang masih cukup tersedia, pergerseran ini diharapkan dapat membuka peluang baru.

Di Asia sendiri, hanya sedikit wilayah yang masih mendapatkan permintaan. Mayoritas, permintaan tersebut datang dari pemerintah yang menggunakan properti hotel untuk mendukung karantina atau sebagai akomodasi guna mendukung inisiatif penanganan pandemi.

Bury menuturkan, industri perhotelan umumnya paling cepat bereaksi terhadap penurunan permintaan. Namun industri ini juga merupakan sektor yang paling cepat untuk pulih.

Oleh karenanya, beberapa pemilik hotel mencari solusi jangka pendek untuk menjembatani arus kas hingga aktivitas perjalanan, tingkat hunian, serta pendapatan kembali normal.

Meski telah menerapkan langkah jangka pendek, seperti menerima tamu karantina, tetapi banyak hotel yang masih beroperasi dengan kondisi arus kas kecil.

Kondisi tersebut membuat pengelola hotel tidak mampu menanggung semua kewajiban operasinya.

Baca juga: Okupansi Hotel di Jakarta Saat Pandemi Cuma 48,9 Persen

Menurut analisis JLL, tekanan ini mungkin akan memengaruhi modal kerja. Bahkan model pinjaman tradisional kemungkinan juga akan dibatasi.

"Melalui percakapan kami dengan pemilik dan pemberi pinjaman di seluruh wilayah, kami melihat upaya bersama untuk mengurangi potensi gagal bayar pinjaman atau kemungkinan yang lebih buruk," ucap Bury dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (18/5/2020).

Dia menambahkan, banyak pemilik yang saat ini mencari jalur kredit tambahan guna menyeimbangkan bisnis, serta meredam penurunan sampai permintaan kembali normal.

Secara umum, Bury menyebutkan, pemilik properti yang paling terdampak adalah mereka yang berkutat di bisnis resor. Ini karena, mereka banyak mengandalkan pada penerimaan tamu internasional.

"Ini merupakan salah satu segmen yang paling banyak diasumsikan mengalami pemulihan paling lambat pasca-Covid-19," tutur dia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau