JAKARTA, KOMPAS.com - Membeli properti, baik rumah atau apartemen, di tengah kiris bisa menjadi salah satu peluang bagi para investor dan konsumen pembeli rumah pertama (first time home buyer).
Terlebih, saat ini banyak pengembang yang mulai memberikan keringanan pembayaran, dan juga diskon harga.
Pakar marketing sekaligus investor properti Tung Desem Waringin mengatakan, selalu ada waktu yang tepat untuk membeli properti.
Terlebih pada saat Pandemi Covid-19 karena harga unit yang dijual rata-rata di bawah harga pasar.
Baca juga: Benarkah Krisis adalah Saat Terbaik Membeli Rumah? Ini Jawabannya
"Today is time to buy property, banyak properti yang ditawarkan dengan harga miring, tapi memang harus pintar pilih-pilih," ujarnya saat dihubungi Kompas.com Selasa (12/5/2020).
Tung menjelaskan, pada saat investor membeli properti yang telah didiskon, maka kemungkinan besar akan mendapatkan capital gain yang lebih tinggi pada dua tahun hingga tiga tahun ke depan.
"Jika ada properti didiskon 50 persen, keuntungannya bisa sampai 200 persen atau kenaikan dua kali hingga empat kali lipat," tuturnya.
Oleh karena itu, dia memprediksi akan ada banyak uang yang beredar di pasaran,. Bahkan, pada tahun ini akan hadir 68,7 juta orang kaya baru.
Mereka adalah orang-orang yang lulus sekolah dan tengah produktif bekerja, menikah dan membutuhkan rumah untuk ditinggali.
Menurutnya, meskipun tengah menghadapi wabah Covid-19, tetapi Indonesia akan tetap memiliki bonus demografi tersebut.
"Secara ekonomi, semua ini pasti akan kembali lagi, dan pada saat kembali normal maka akan meraup keuntungan," lanjut Tung.
Baca juga: Survei: Jakarta Masih Menjadi Favorit Pencari Rumah
Namun begitu, dia mengingatkan, uang kontan yang likuid harus tetap dimiliki oleh investor. Hal ini karena walau bagaimana pun prinsip cash is the king, tetap berlaku.
"Saat ini banyak sekali properti yang dijual dengan harga di bawah pasar, namun bukan berarti semua uang diinvestasikan untuk properti. Harus punya uang cash juga," ucap dia.
Menjadi orang sukses harus pintar-pintar membagi resiko aset alokasi, bukan spekulasi.
Pendapat senada dikemukakan Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia Panangian Simanungkalit.