Misalnya fasilitas publik seperti taman dan fasilitas olah raga yang bisa difungsikan sebagai tempat penanganan darurat.
Demikian halnya di kawasan-kawasan padat, harus bisa dipastikan ada ruang-ruang terbuka yang memungkinkan interaksi warga terjadi.
Ke depan Indonesia juga perlu meningkatkan integrasi hubungan kota-daerah. Terutama dari aspek pilar-pilar ketahanan terhadap pandemi.
Perencanaan harus fokus pada menjadikan hubungan kota dan hinterland maupun wilayah pedesaan pada umumnya, untuk menjaga rantai pasok, penyediaan energi, dan ketersediaan pangan.
Perencanaan menghadapi pandemi, juga harus didukung oleh data dan latar statistik yang kuat.
Kesulitan utama perencanaan di Indonesia adalah sulitnya mendapatkan data, bahkan ketiadaan data yang memiliki akurasi dan tingkat kepercayaan tinggi.
Kalaupun ada, terpencar di mana-mana dengan skala dan variabel yang berbeda.
Padahal, masa depan sangat tergantung pada pemanfaatan data real time dan big data. Ini akan mengakhiri era data statis ala Badan Pusat Statistik (BPS) yang reliabilitas dan akuras nya sulit dipastikan.
Perencanaan kota berketahanan harus memiliki model mitigasi pandemi yang mumpuni. Ada banyak model penanganan pandemi, namun harus disuperimpose tematik-tematik kota, misalnya sebaran kepadatan (density ratios) dan sebaran kualitas hunian.
Data tersebut digabung dengat profil tingkat mortalitas karena penyakit bawaan atau kerentanan kelompok umur, profil psikografik penduduk, termasuk peta red zone dari epidemi-epidemi sebelumnya.
Sudah saatnya pemerintah pusat, gubernur, wali kota, bupati bekerja dengan para perencana dan arsitek, untuk segera mencari rumusan sistem kota dan pedesaan Indonesia dan memasukkan mitigasi pandemi sebagai prasyarat kota yang layak huni dan berketahanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.