Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendapatan Nusantara Infrastructure Melonjak 101 Persen

Kompas.com - 21/04/2020, 18:37 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – PT Nusantara Infrastructure Tbk meraup lonjakan pendapatan 101,01 persen sepanjang 2019 senilai Rp 1,57 triliun dibandingkan pendapatan tahun 2018 yang hanya tercatat Rp 781,77 miliar.

Pertumbuhan pendapatan terutama didorong segmen pendapatan konstruksi atas progres pembangunan Tol Layang A.P. Pettarani di Makassar tahun 2019.

Kemudian peningkatan volume penjualan energi melalui PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari (RPSL), usai mengakuisisi RPSL pada Agustus 2018.

Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan konsolidasi, aset Perusahaan juga mengalami peningkatan 17,87 persen, dari sebelumnya Rp 4,31 triliun pada 2018 menjadi Rp 5,08 triliun tahun 2019.

Kenaikan aset ini terutama didorong aset tidak lancar yang meningkat menjadi sebesar Rp 4,26 triliun atau 31,24 persen dari tahun 2018 sejumlah Rp 3,25 triliun.

Baca juga: Nusantara Infrastructure Raup Pendapatan Rp 782 Miliar

Sedangkan kenaikan aset tidak lancar didorong oleh belanja modal yang dilakukan oleh Perusahaan untuk aset konsesi dan non-konsesi.

Beban konstruksi juga naik cukup signifikan dari Rp 106,25 miliar menjadi Rp 943,52 miliar yang disebabkan peningkatan progres pembangunan Tol Layang A.P. Pettarani, Makassar.

Adapun realisasi pendapatan usaha dan penjualan perusahaan (tidak termasuk pendapatan konstruksi) melampaui target yang dicanangkan, yakni Rp 630,17 miliar atau naik sekitar 5,80 persen dari yang ditargetkan pada awal tahun Rp 595,63 miliar.

Hal ini didukung oleh sektor usaha yang memberikan kontribusi pertumbuhan tertinggi secara berurutan yakni sektor jalan tol mencapai Rp 415,90 miliar atau 0,85 persen di atas target.

Selanjutnya sektor energi terbarukan mencapai Rp 141,21 miliar atau 6,56 persen di atas target, dan sektor air bersih mencapai Rp 73,06 miliar atau 44,03 persen di atas target.

Sementara laba bersih menurun 5,40 persen menjadi Rp 205,36 miliar dari sebelumnya Rp 217,08 miliar.

Penurunan ini dikarenakan adanya tambahan laba yang diperoleh Perusahaan atas divestasi KIN di tahun 2018.

Namun jika hanya melihat perbandingan laba operasional, yaitu laba bersih antara tahun 2018 dibandingkan tahun 2019 tanpa memasukan nilai divestasi KIN maka kenaikannya mencapai Rp 101,28 miliar atau setara 97,31 persen.

General Manager Corporate Affairs Deden Rochmawaty mengatakan, optimasi pencapaian kinerja 2019 melalui berbagai faktor pendorong seperti memperkuat kebijakan strategis, meningkatkan pengembangan bisnis, serta memaksimalkan pengelolaan keuangan yang baik.

"Hal ini yang membuat manajemen mampu menjaga laju pertumbuhan positif kinerja Perusahaan, di tengah tantangan yang dihadapi sepanjang tahun 2019," ujar Deden dalam keterangannya kepada Kompas.com, Selasa (21/4/2020).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau