VIRUS Covid-19 yang muncul pada akhir 2019 ibarat bola salju, karena bergulir dengan cepat menjadi sebuah pandemi.
Catatan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyebut, per hari Minggu (12/4/2020) kasus Covid-19 yang terkonfirmasi telah mencakup 213 negara.
Dengan rincian, jumlah terinfeksi 1.699.595 kasus dan kematian mencapai 106.138 korban jiwa. Wabah Covid-19 telah membawa konsekuensi tak terduga, termasuk perekonomian dunia.
Pada Jumat 27 Maret 2020, Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menyebut dunia telah memasuki resesi akibat pandemi Covid-19.
Indonesia pun tak kebal dari guncangan tersebut. Pada Rabu (1/4/2020), melalui konferensi video, Menteri Keuangan sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KKSK), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, perekonomian Indonesia tahun ini diprediksi turun jadi 2,3 persen dan dalam skenario terberat bisa menyentuh titik minus 0,4 persen.
Sehari sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan tambahan belanja dan pembiayaan APBN 2020 untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp 405,1 triliun.
Rinciannya, Rp 75 triliun untuk dana kesehatan, Rp 110 triliun untuk jaring pengaman sosial, Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus kredit usaha rakyat, serta Rp 150 triliun untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional.
Terdapat tiga skenario yang mungkin terjadi di Indonesia akibat merebaknya pandemi Covid-19 dari perspektif epidemiologi, ekonomi serta bisnis.
Pertama, skenario New Normal dengan beberapa indikator sebagai berikut:
a. Epidemi: Pemerintah berhasil mengendalikan virus dalam waktu 2-3 bulan, dengan puncaknya pada akhir April dan jumlah kasus menurun secara signifikan pada Juni 2020.
Pembatasan fisik tetap dilaksanakan namun dengan kebijakan terbatas. Jumlah kasus infeksi Covid-19 diestimasi mencapai 5.000-50.000 kasus.
b. Ekonomi: Kebijakan dari pemerintah dapat mencegah kerusakan struktural pada ekonomi; ekonomi Indonesia berhasil rebound ke level dan momentum sebelum krisis dengan level pertumbuhan PDB menurun sedikit ke level sekitar 3-4 persen.
c. Bisnis: Ada sedikit gangguan dalam rantai pasokan, tetapi sebagian besar bisnis masih berjalan dengan cara kerja baru (new normal). Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kebangkrutan hanya terjadisektor yang sangat terpengaruh.
Kedua, skenario Disorder dengan indikator sebagai berikut:
a. Epidemiologi: Virus baru berhasil dikendalikan oleh pemerintah dalam waktu 4-6 bulan, tetapi pembatasan sosial harus berlanjut selama beberapa bulan setelahnya untuk mencegah kambuhnya virus.