Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Apung Sumengkar
Chief Executive Officer (CEO) Daya Qarsa

Apung adalah Managing Partner Daya Qarsa, perusahaan konsultan yang berfokus pada transformasi bisnis holistik.

Berkarier lebih dari 15 tahun di perusahaan-perusahaan konsultan Asia Tenggara, Jepang dan Eropa, seperti McKinsey, Deloitte, PZ Cussons, Unilever, dan Toyota.

Apung menempuh pendidik Teknik Industri di Universitas Indonesia, Manajemen Strategis di RSM Erasmus University, dan kandidat PhD Manajemen Strategis Universitas Indonesia.

Tiga Skenario Dampak Covid-19, "New Normal" hingga "Survival"

Kompas.com - 13/04/2020, 14:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

VIRUS Covid-19 yang muncul pada akhir 2019 ibarat bola salju, karena bergulir dengan cepat menjadi sebuah pandemi.

Catatan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyebut, per hari Minggu (12/4/2020) kasus Covid-19 yang terkonfirmasi telah mencakup 213 negara.

Dengan rincian, jumlah terinfeksi 1.699.595 kasus dan kematian mencapai 106.138 korban jiwa. Wabah Covid-19 telah membawa konsekuensi tak terduga, termasuk perekonomian dunia.

Pada Jumat 27 Maret 2020, Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menyebut dunia telah memasuki resesi akibat pandemi Covid-19.

Indonesia pun tak kebal dari guncangan tersebut. Pada Rabu (1/4/2020), melalui konferensi video, Menteri Keuangan sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KKSK), Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, perekonomian Indonesia tahun ini diprediksi turun jadi 2,3 persen dan dalam skenario terberat bisa menyentuh titik minus 0,4 persen.

Sehari sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan tambahan belanja dan pembiayaan APBN 2020 untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp 405,1 triliun.

Rinciannya, Rp 75 triliun untuk dana kesehatan, Rp 110 triliun untuk jaring pengaman sosial, Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus kredit usaha rakyat, serta Rp 150 triliun untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional.

Terdapat tiga skenario yang mungkin terjadi di Indonesia akibat merebaknya pandemi Covid-19 dari perspektif epidemiologi, ekonomi serta bisnis.

Pertama, skenario New Normal dengan beberapa indikator sebagai berikut:

a. Epidemi: Pemerintah berhasil mengendalikan virus dalam waktu 2-3 bulan, dengan puncaknya pada akhir April dan jumlah kasus menurun secara signifikan pada Juni 2020.

Pembatasan fisik tetap dilaksanakan namun dengan kebijakan terbatas. Jumlah kasus infeksi Covid-19 diestimasi mencapai 5.000-50.000 kasus.

b. Ekonomi: Kebijakan dari pemerintah dapat mencegah kerusakan struktural pada ekonomi; ekonomi Indonesia berhasil rebound ke level dan momentum sebelum krisis dengan level pertumbuhan PDB menurun sedikit ke level sekitar 3-4 persen.

c. Bisnis: Ada sedikit gangguan dalam rantai pasokan, tetapi sebagian besar bisnis masih berjalan dengan cara kerja baru (new normal). Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kebangkrutan hanya terjadisektor yang sangat terpengaruh.

Kedua, skenario Disorder dengan indikator sebagai berikut:

a. Epidemiologi: Virus baru berhasil dikendalikan oleh pemerintah dalam waktu 4-6 bulan, tetapi pembatasan sosial harus berlanjut selama beberapa bulan setelahnya untuk mencegah kambuhnya virus.

Jumlah kasus infeksi Covid-19 mencapai atau melewati 50.000 kasus.

b. Ekonomi: Kemerosotan konsumsi karena kebijakan karantina.

Kebijakan pemerintah melalui beberapa paket stimulus ekonomi membuat krisis perbankan dapat dihindari, tetapi dikhawatirkan banyak bisnis yang sudah atau hampir bangkrut dan terpaksa mem-PHK karyawannya.

Pertumbuhan PDB dikhawatirkan menurun ke sekitar angka 0–3 persen.

c. Bisnis: Rantai pasokan perusahaan semakin terganggu, cash buffer days sebagian perusahaan diestimasi pada posisi 50 persen (penghalusan) dari jumlah sebelum krisis.

Ketiga, skenario Survival:

a. Epidemiologi: Pemerintah gagal mengendalikan penyebaran virus untuk jangka waktu yang lama (lebih dari 6 bulan) menyebabkan eskalasi pandemi hingga akhir tahun atau lebih, kemungkinan sampai vaksin tersedia dan dalam jumlah yang cukup.

Jumlah kasus infeksi Covid-19 diprediksi mencapai lebih dari 100.000 kasus.

b. Ekonomi: Kebijakan moneter dan fiskal dikhawatirkan tidak dapat memengaruhi dampak penuh dari kebangkrutan yang meluas dan tingkat pengangguran yang masif.

Terdapat potensi krisis di industri keuangan dan perbankan. Selain itu, pertumbuhan PDB bisa minus, sesuai prediksi Kementerian Keuangan yang menyebut pada skenario terberat perekonomian dapat menyentuh titik minus 0,4 persen.

c. Bisnis: Terhentinya kegiatan produksi industri karena tidak didapatkan bahan baku alternatif, harga komoditas, pembangunan infrastruktur, dan cash buffer days perusahaan sudah terpengaruh secara ekstrim.

Kami melihat ada tiga faktor penting yang akan menentukan hasil akhir dari tiga skenario tersebut.

Pertama, faktor kebijakan pemerintah untuk mengatasi dampak dari virus Covid-19 seperti halnya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan program jaringan pengaman sosial untuk masyarakat kecil yang terdampak.

Kedua, kepatuhan masyarakat dalam mengikuti kebijakan pemerintah dan terakhir kemunculan teknologi penunjang untuk mendeteksi dan akhirnya menyembuhkan penderita virus Covid-19.

Ketiga hal tersebut akan menjadi faktor utama yang menentukan pengendalian tingkat infeksi Covid-19.

Jalan keluar

Jika sudah bisa dikendalikan maka pemerintah bisa mengakhiri kebijakan working from home (WFH) yang secara langsung atau tidak langsung memengaruhi roda perekonomian dan bisnis negara kita.

Sementara bagi pemimpin bisnis, harus memfokuskan diri pada dua komponen besar, yaitu sikap pemimpin dan strategi bisnis yang holistik.

Agar dapat bertahan dan bahkan keluar sebagai pemenang setelah krisis ini berlalu, perusahaan disarankan untuk melakukan tiga hal.

Pertama strategic team alignment. Pada era krisis, sangatlah mudah bagi pemimpin perusahaan untuk panik dan cenderung melupakan bahwa ada banyak orang dekat yang sebenarnya memiliki kapabilitas dan kapasitas untuk membantu perusahaan bertahan.

Kedua, para pelaku bisnis disarankan untuk mulai mengembangkan business continuity plan demi mengamankan revenue saat ini atau mencari peluang bisnis baru, serta mengoptimalkan biaya.

Ketiga, pelaku bisnis sebaiknya membentuk tim khusus untuk mengeksekusi semua hal yang direncanakan secara cepat dan tepat.

Pembentukan crisis management office sangat krusial karena perusahaan perlu mengeksekusi dengan sangat cepat, melalui berbagai langkah terukur, dan mitra yang tepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau