Semua dilakukan secara terencana dan terjadwal. Sosialisasi juga dilakukan, termasuk perubahan-perubahan waktu pelaksanaan, dan area penerapannya.
"Kami selalu rapat, berkoordinasi lintas instansi, melalui grup media sosial dan lain-lain," sebut Raddy.
Kerja yang demikian intensif, memaksa Raddy untuk tidak berleha-leha, walau barang sejenak. Dia mengaku hanya tidur rata-rata 2,5 jam per hari selama perhelatan mudik tahun ini.
"Pukul 00.00 WIB sebisa mungkin istirahat, dan harus terjaga kembali pukul 03.00 WIB untuk sahur dan lanjut memantau situasi lalu lintas di lapangan, termasuk persiapan rekayasa lalu lintas one way pada pagi hari pukul 06.00 WIB," kisah Raddy.
Baca juga: Merapah Trans-Jawa 4, Panduan Lengkap Mudik 2019
Rutinitas ini terus berlangsung selama beberapa hari. Bahkan, saat pembukaan Gerbang Tol (GT) baru Cikampek Utama, suami dari Cherry Zulviyanti Riadi Lukman ini tidak tidur hampir 24 jam.
Namun, berkat kerja ikhlas, selalu berdoa, dan semangat pelayanan, Raddy mampu melaluinya dengan baik.
Tantangan terberatnya saat menjalankan tugas di Tol Jakarta-Cikampek yang menjadi wilayah "kekuasannya" adalah menjaga emosi serta mempertahankan semangat kerja anggota timnya.
"Ini demi membangun energi positif, sehingga semua pengguna jalan tol terlayani dengan baik," imbuh ayah dua putri dan satu putra ini.
Kapolres Cirebon AKB Suhermanto
Sosoknya tak asing lagi bagi pewarta dalam setiap peristiwa mudik. Tak terkecuali penyelenggaraan tahun 2019 ini.
Suhermanto adalah "pimpinan" wilayah dengan titik krusial kemacetan paling tinggi untuk koridor Tol Trans-Jawa, Jalan Nasional Pantai Utara (Pantura), serta jalur-jalur lingkungan, yakni Kabupaten Cirebon.
"Wilayahnya memang sangat luas. Kami harus menjangkaunya mulai dari ibu kota kabupaten hingga tingkat kecamatan dan kelurahan. Semua infrastruktur yang dilintasi pemudik adalah ladang pelayanan kami," tutur Suhermanto.
tak mengherankan jika perangkat komunikasi pribadinya terus menerus berdering adalah demi memastikan strategi pengamanan mudik berlangsung sesuai dengan skenario.
Serupa dengan Raddy, Suhermanto pun tak bisa meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya hanya untuk menutup mata sejenak dan mengistirahatkan pikiran.
"Tidak bisa seperti itu. Ini adalah panggilan tugas. Kami harus siap, sedia, dan siaga," ucap dia.