JAKARTA, KOMPAS.com – Kehadiran teknologi berbasis data dan informasi di bidang konstruksi memberikan pengaruh pada metode pembangunan dan sudut pandang para pelakunya.
Para pekerja yang terlibat dalam industri konstruksi harus memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya, serta tetap mempertimbangkan penggunaan sumber daya alam secara efektif dan efisien.
Artinya, teknologi harus dimanfaatkan untuk bisa menghemat energi semaksimal mungkin sehingga sumber daya alam tidak cepat habis.
Guru Besar Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Yandi Andri Yatmo mengatakan hal itu saat berbincang dengan Kompas.com, di Jakarta, Sabtu (30/3/2019).
“Pada akhirnya teknologi itu digunakan untuk menjaga resource yang ada, bukan menghabiskannya. Artinya, resource yang berasal dari alam,” ujar Yandi.
Baca juga: Society 5.0, Solusi Jepang Atasi Defisit Penduduk dan Infrastruktur
Menurut dia, era revolusi industri 4.0 saat ini membuat desain bangunan menjadi lebih responsif terhadap penggunanya dan perubahan alam yang terjadi.
Ada keterkaitan antara fungsi bangunan dan manusia yang beraktivitas di bangunan itu.
Tak mengherankan, jika saat ini, bangunan dirancang sesuai kebutuhan dan fungsinya, termasuk disesuaikan dengan perubahana kondisi alam yang terjadi di lokasi bangunan tersebut.
“Bangunan itu lebih responsif, ada hubungan antara pengguna dan behaviour bangunan, kebanyakan kita sebut sebagai smart building. Behaviour itu memastikan hubungan antara teknologi dengan kebutuhan penggunanya,” imbuh Yandi.
Baca juga: Jepang Menjelang 5.0 Society dan Era Menikmati Hidup
Teknologi juga yang membuat suatu bangunan dirancang menggunakan sistem yang berjalan otomatis sesuai perubahan situasi, termasuk juga pilihan material bangunannya.
Sebagai contoh, jika bangunan itu berada di lokasi rawan gempa, maka dibuat desain tahan gempa sampai skala kekuatan tertentu dan dipilih material yang mendukung.
Selain itu, bisa juga menyesuaikan dengan posisi matahari saat terbit dan tenggelam untuk memaksimalkan pemanfaatan cahaya matahari.
“Misalnya gempa, diambil yang paling kuat. Juga saat matahari terbit, dia akan menahan dari sini dan matahari berkurang dia akan membuka, itu yg dinamakan otomatisasi,” tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.