Atas dasar itulah, ITDP kemudian melakukan riset untuk memperbaiki kondisi kampung guna meningkatkan mobilitas warga.
Sebenarnya, ada dua RW lain yang turut diteliti yaitu RW 01 Cikini, Jakarta Pusat dan RW 05 Mampang Prapapatan Jakarta Selatan. Namun, partisipasi tertinggi ditunjukkan warga RW 01 Sunter Jaya.
"Proses pengembangan desain, usulan perubahan, itu semua datangnya dari warga. Artinya semua desain itu datang atas dasar keinginan warga," sambung Yoga.
"Misalnya, pas kami ngecat dibantu sama RT, anak-anak juga ikut berpartisipasi. Mereka bilang, mas-mas jangan di sini dong, tapi di sini (tempat lain) aja," imbuh Yoga.
Ia menuturkan, penataan kampung kota memerlukan partisipasi dari banyak pihak. Pemerintah tidak bisa hanya bekerja sendiri sesuai dengan keinginannya tanpa ada masukkan dari warga atau pihak lain seperti lembaga swadaya masyarakat.
Sementara itu, Ketua RW 01 Sunter Jaya Sukartono mengatakan, selama ini warga RW 01 selalu terlibat aktif bila ada kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pada lingkungannya.
Hal ini sejalan dengan keinginan warga untuk menjadikan lingkungan mereka sebagai kampung wisata.
"Sebagai kampung mandiri, RW 01 selalu berupaya untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dengan melakukan berbagai kegaiatan. Agar warga memiliki rasa memiliki atas lingkungannya," ucap Yoga.
Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Yusmada Faizal menilai, perubahan yang terjadi di kampung RW 01 Sunter Jaya sesuai dengan konsep pengembangan kota 4.0 yang telah dicetuskan Pemprov DKI.
Konsep pembangunan ini yaitu menjadikan warga sebagai subyek pembangunan, bukan hanya sebagai obyek dari pembangunan itu sendiri.
"Pemerintah itu hanya semacam kolabolator, wargalah kreatornya. Mau ngapain, mau apa yang terbaik untuk kampungnya, untuk warganya, termasuk fisik, sosial dan budayanya," cetus Yusmada.