Salah satu karya yang terpilih adalah bangunan Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Alfa Omega di Salembaran, Tangerang, Banten.
"Penghargaan ini sebenarnya open call dari pertama, jadi setiap tahun ada," ujar Lead Architects dari RW Architect, Realrich Sjarief.
Baca juga: Arsitek Indonesia Masuk Nominasi Terbaik Dezeen Awards 2018
"Kebetulan yang kami masukin ini kategori sekolah," imbuh dia.
Dalam kategori bangunan sekolah, RAW Architecture akan bersaing dengan 9 karya arsitektur lain dari berbagai negara. Karya-karya tersebut antara lain:
Mengutip situs resmi World Architecture Festival, sebanyak lebih dari 530 proyek dari 57 negara dinominasikan dalam penghargaan ini.
Sementara seleksi akan dilakukan di Amsterdam pada 29 November mendatang.
Terpilihnya RW Architect dalam kompetisi ini menurut Realrich dapat membantu mempromosikan arsitek Indonesia di dunia internasional.
Lebih lanjut, ajang ini juga dapat memperkenalkan material bambu yang digunakan sebagai salah satu bahan di bangunan sekolah.
"Beberapa arsitek terkenal juga yang jadi jurinya. Itu membantu expose supaya arsitek Indonesia lebih terkenal," kata dia.
Realrich menceritakan, awalnya kontrak bangunan sekolah Alfa Omega akan habis. Pihak pengelola kemudian meminta bantuannya untuk merancang gedung sekolah baru.
"Mereka pengen bangun, mereka panggil saya untuk desain," sambung Realrich.
Namun lahan yang akan menjadi bangunan baru rupanya berada di bawah ketinggian tanah, sehingga sulilt digunakan untuk konstruksi. Selain itu, tempat yang akan dijadikan bangunan baru sekolah juga menjadi wilayah yang sering dilalui banjir.
"Jadi kami pakai beberapa inovasi yang mungkin dari pihak World Architecture Festival-nya dianggap unik," ucap Realrich.
Alfa Omega School dirancang konsep yang terbuka. Hal ini merupakan keinginan dari pengelola sekolah, agar siswa yang belajar merasa semakin dekat dengan alam.
"Karena memang mintanya begitu, lebih open dan enggak panas, enggak pakai listrik banyak-banyak," imbuh dia.
Gedung sekolah dibangun lebih tinggi layaknya umpak atau rumah panggung, dengan ketinggian 2,1 meter di atas tanah.
Struktur rangka gedung dibangun dengan menggunakan baja. Bahan ini dipilih karena sifatnya yang kuat dan memiliki daya tahan yang tinggi.
Kemudian, bambu digunakan untuk memperkuat struktur, mengingat sifatnya yang fleksibel serta tidak membutuhkan banyak perawatan.
Bambu yang digunakan merupakan jenis petung dan tali yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan sekolah.
"Kami pakai bambu lokal setempat yang diambil dari Bogor dan Sumedang," kata Realrich.
Sementara untuk melengkapi konstruksi, daun nipah digunakan sebagai atap bangunan.
Bahan ini dipilih sebagai karena mampu berperan sebagai insulator atau penahan panas di dalam ruangan.
Nipah juga memiliki keunggulan lain dalam konstruksi, yakni mampu dibentuk sesuai keinginan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.