"Beberapa arsitek terkenal juga yang jadi jurinya. Itu membantu expose supaya arsitek Indonesia lebih terkenal," kata dia.
Realrich menceritakan, awalnya kontrak bangunan sekolah Alfa Omega akan habis. Pihak pengelola kemudian meminta bantuannya untuk merancang gedung sekolah baru.
"Mereka pengen bangun, mereka panggil saya untuk desain," sambung Realrich.
Namun lahan yang akan menjadi bangunan baru rupanya berada di bawah ketinggian tanah, sehingga sulilt digunakan untuk konstruksi. Selain itu, tempat yang akan dijadikan bangunan baru sekolah juga menjadi wilayah yang sering dilalui banjir.
"Jadi kami pakai beberapa inovasi yang mungkin dari pihak World Architecture Festival-nya dianggap unik," ucap Realrich.
Atas dasar ini, Realrich bersama timnya kemudian membuat rancangan bangunan sekolah yang sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar.
Alfa Omega School dirancang konsep yang terbuka. Hal ini merupakan keinginan dari pengelola sekolah, agar siswa yang belajar merasa semakin dekat dengan alam.
"Karena memang mintanya begitu, lebih open dan enggak panas, enggak pakai listrik banyak-banyak," imbuh dia.
Gedung sekolah dibangun lebih tinggi layaknya umpak atau rumah panggung, dengan ketinggian 2,1 meter di atas tanah.
Struktur rangka gedung dibangun dengan menggunakan baja. Bahan ini dipilih karena sifatnya yang kuat dan memiliki daya tahan yang tinggi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.