Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler: "Crazy Rich Indonesians" hingga Perpanjangan Trase MRT

Kompas.com - 20/09/2018, 12:19 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sepanjang Rabu (19/9/2018), berita menarik di kanal properti Kompas.com cukup beragam.

Mulai dari rencana pemindahan ibu kota, fenomena 'crazy rich Indonesians', hingga wacana perpanjangan trase MRT Jakarta sampai ke Tangerang Selatan. 

Berikut kabar selengkapnya:

1. Pemindahan ibu kota ke Palangkara butuh keikhlasan orang Jawa

Rencana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Palangkaraya masih terus dikaji. Kendati bukan menjadi sebuah isu baru, namun untuk merealisasikan hal ini bukanlah sebuah perkara yang mudah.

"Ini butuh political will yang luar biasa, keikhlasan kami, orang Pulau Jawa untuk bisa ke sana dan juga bagaimana DPR memiliki komitmen dan perjalanan panjang," kata Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) Airin Rachmi Diany dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Airin melanjutkan, beberapa waktu lalu APEKSI pernah bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Dalam pertemuan tersebut dibahas tentang pentingnya pembangunan wilayah dari pinggiran guna memberikan jaminan atas pemerataan pembangunan bagi seluruh wilayah Indonesia.

"Sehingga ada keadilan atas pembangunan bahwa bukan hanya di Pulau Jawa saja tapi juga di luar Pulau Jawa," ujarnya.

Baca juga: Ibu Kota Pindah ke Palangkaraya, Butuh Keikhlasan Orang Jawa

Ilustrasi apartemen.vkyryl Ilustrasi apartemen.
2. "Crazy rich Indonesian" belanja properti di Singapura hingga Sidney

Siapa sebetulnya yang pantas mendapat sematan Crazy Rich Indonesians?

Associate Director Research and Consultancy Knight Frank Indonesia Hasan Pamudji menuturkan, Crazy Rich Indonesians adalah orang-orang dengan finansial mapan, dan anak muda, untuk tidak disebut generasi milenial, keturunan kalangan superkaya.

Kekayaan mereka, tak cuma warisan orang tua, juga hasil berbisnis, dan berinvestasi di segala sektor, terutama keuangan, perbankan, dan properti.

"Jumlah orang kaya di Indonesia tahun 2018 ini diperkirakan sekitar 22.918 orang," ungkap Hasan menjawab Kompas.com, Selasa (18/9/2018).

Rinciannya, sebanyak 21.526 orang memiliki kekayaan di atas 5 juta dollar AS atau ekuivalen Rp 74,3 miliar, 1.314 orang dengan aset di atas 50 juta orang atau setara Rp 743,3 miliar, dan 78 orang dengan kekayaan di atas 500 juta dollar AS atau Rp 7,4 triliun.

Kebiasaan Crazy Rich Indonesians ini, menurut CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono tak hanya membelanjakan uang untuk barang-barang bermerek dengan reputasi global di kota-kota dunia macam Tokyo, London, Paris, Milan, atau New York.

Mereka juga belanja rumah dan apartemen di kota-kota tersebut plus Sydney, dan Singapura yang secara tradisional menjadi tujuan investasi orang super tajir Indonesia.

Baca juga: Crazy Rich Indonesians Belanja Properti di Singapura hingga Sydney

Ilustrasi apartemen kecil.Apartementtherappy.com Ilustrasi apartemen kecil.
3. "Crazy rich Indonesians" beli apartemen Rp 110 juta/m2

Indonesia khususnya Jakarta menawarkan nilai properti yang masuk akal dibandingkan dengan kota-kota lain di kawasan Asia Pasifik.

Dengan uang 1 juta dollar AS atau ekuivalen Rp 14,8 miliar, para Crazy Rich Indonesians bisa mendapatkan apartemen mewah di pusat kota Jakarta.

"Ini tidak mungkin terjadi di Hong Kong atau Singapura," kata Head of Research JLL James Taylor, Rabu (19/9/2018).

Dari data Kompas.com, uang 1 juat dollar AS tersebut bisa dibelanjakan untuk apartemen Verde di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, untuk tipe 3 kamar tidur seluas 300 meter persegi.

Sementara apartemen paling mahal dengan harga selangit adalah Keraton at The Plaza, di kawasan multifungsi Plaza Indonesia, yang menurut CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono menyentuh angka Rp 110 juta per meter persegi di luar PPNBM.

Menyusul kemudian Le Parc di kawasan Thamrin Nine Residence. Untuk unit seluas 194 meter persegi dengan 3 kamar tidur dibanderol Rp 105,6 juta per meter persegi atau Rp 20,5 miliar.

"Apartemen-apartemen mewah itu pembelinya ya para crazy rich Indonesians. Mereka beli untuk ditempati, dan sebagian untuk investasi. Walau bagaimana pun mereka berbisnis juga ya, pasti mengharapkan capital gain," kata Hendra.

Baca juga: Crazy Rich Indonesians Beli Apartemen Rp 110 Juta Per Meter Persegi

Walikota Palangkaraya Riban Satia saat dikonfirmasi sejumlah wartawanKompas.com/Ananda Eka Putra Walikota Palangkaraya Riban Satia saat dikonfirmasi sejumlah wartawan
4. Wali Kota Palangkaraya: kami tak ingin bernasib seperti Jakarta

Wali Kota Palangkaraya Riban Satia mengatakan, perencanaan sebagai ibu kota negara, harus dibuat untuk jangka waktu lama.

Paling tidak, waktu penetapan sebagai ibu kota baru tersebut minimal 100 tahun.

"Kenapa? Karena kotanya masih mungkin untuk kami tata. Kami ke depan tidak ingin Palangkaraya itu seperti Jakarta. Nanti sudah dipindahkan ke Kalteng, dipindah lagi (ke kota lain)," kata Riban dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Palangkaraya diketahui memiliki luas 2.850 kilometer persegi atau empat kali lipat luas wilayah DKI Jakarta. Dari luas tersebut, 62 persen wilayahnya masih berupa kawasan hutan.

Sementara, yang telah terbuka lahannya sekitar 35,41 persen. Adapun kawasan yang telah terbangun sebagai daerah administrasi yaitu sekitar 2,35 persen.

Oleh karena itu, Palangkaraya memungkinkan untuk dikembangkan sebagai ibu kota negara baru, lantaran kawasannya yang masih belum dimanfaatkan secara maksimal.

"Karena memang masih bisa kami tata, karena kawasannya masih kosong. Itu satu persoalan," cetus Riban.

Baca juga: Wali Kota: Kami Tak Ingin Palangkaraya Bernasib seperti Jakarta

5. Trase MRT Jakarta diusulkan sampai Bandara Soekarno-Hatta

MRT di Depo Lebak Bulus, Selasa (28/8/2018)KOMPAS.com/ RYANA ARYADITA UMASUGI MRT di Depo Lebak Bulus, Selasa (28/8/2018)

Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany berharap, rencana perpanjangan trase MRT Jakarta tak hanya sampai Tangsel, tetapi hingga Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Berdasarkan asumsi yang ada saat ini, perpanjangan itu dimulai dari Stasiun Lebak Bulus-Ciputat-Pamulang-Rawa Buntu-Serpong dan terkoneksi dengan stasiun kereta eksisting.

"Nah dari Rawa Buntu-Serpong lanjut lagi ke wilayah Kota Tangerang masuk ke bandara. Jadi gitu. Ini kan Bulus, Ciputat, Pamulang, Rawa Buntu, Serpong, nanti dari Serpong bisa ditarik ke jalur Bandara," terang Airin di Jakarta, Selasa (18/9/2018).

Soal investasi yang dibutuhkan, ia mengatakan, nantinya masih menunggu hasil kajian serta studi kelayakan rampung terlebih dahulu.

Saat ini, menurut Airin, tengah dilakukan tahap pra studi kelayakan oleh PT MRT Jakarta sambil menunggu ketetapan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) yang diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan.

"Mudah-mudahan hasil kajian ini segera selesai," harap dia.

Baca juga: Trase MRT Jakarta Diusulkan Sampai Bandara Soekarno-Hatta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com