Selain itu, kata Hendra, properti di mancanegara itu dibeli untuk dijadikan rumah kedua (second home), rumah untuk menghabiskan masa tua, dan juga untuk anak-anak mereka yang sekolah dan menetap di sana.
"Mereka cenderung membeli apartemen mewah di pusat kota agar gampang beraktivitas," tambah dia.
Di Singapura, kawasan incaran orang kaya Indonesia adalah Distrik 9, 10, dan 11. Distrik-distrik tersebut merupakan kawasan elite, salah satu pusat bisnis dan keuangan dunia.
Di distrik inilah terdapat sepenggal jalan yang terkenal seantero jagat raya yakni Orchard Road.
Tak heran jika untuk apartemen tipe studio dengan luas hanya 40 meter persegi saja, menurut situs jual beli iProperty, harganya dibanderol Rp 22,3 miliar atau Rp 557,5 juta per meter persegi!
Namun, kata Hendra, hal itu bukan masalah. UHNW Indonesia tetap membelinya. Ada yang beli satu unit, dua unit, atau bahkan satu lantai.
Demikian halnya dengan Sydney. GM Strategic and Corporate Communication Crown Group Bagus Sukmana menuturkan, properti yang dibeli orang kaya Indonesia di ibu kota New South of Wales itu tak bisa dibilang murah.
Pasalnya, lokasinya pun mentereng, macam V by Crown Group, Skye by Crown Group, Arc by Crown Group, Oasis by Crown Group, Infinity by Crown Group, Waterfall by Crown Group sampai Eastlakes Live.
Harganya serentang 700.000 dollar Australia hingga 1,2 juta dollar Australia, atau jika dikonversikan menjadi Rp 7,5 miliar sampai Rp 12,8 miliar.
"Harga tersebut dipatok untuk apartemen tipe studio dan dua kamar tidur," kata Bagus.
Hingga Selasa (18/9/2018), jumlah orang kaya Indonesia yang membeli apartemen di Sydney sebanyak 110 orang.
Bagaimana dengan kecenderungan mereka berbelanja properti di dalam negeri?
Sebut saja Keraton at The Plaza di kompleks Plaza Indonesia. Properti berikutnya yang menjadi incaran adalah Le Parc di Thamrin Nine, dan kemudian District 8 di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD).
"Sementara kawasan Pondok Indah, Widya Chandra, Menteng, masih ditempati orang-orang kaya generasi senior," cetus Hendra.
Sedangkan di Surabaya, Crazy Rich Surabayans cenderung memilih kawasan barat karena memang sedang tren. Selain itu, orientasi pengembangan Pemerintah Kota Surabaya juga ke arah barat.
Generasi tua Surabaya masih menjadikan kawasan timur yang nota bene sarat orang-orang kaya lama, sebagai tempat menghabiskan masa pensiun.
Selain Jakarta dan Surabaya, Bali pun tak lepas dari lirikan mereka. Bali dilirik karena potensial memberikan capital gain besar, karena reputasinya sebagai destinasi wisata nomor wahid versi Trip Advisor 2017.
Biarpun duitnya segunung, tapi mereka juga masih mengharapkan gain dari investasi properti-properti tersebut.
Karena itu, tak semua dari UHNW tadi beli properti mahal dengan cara kontan, melainkan tunai bertahap dan juga kredit KPR/KPA.
Yang namanya businessman ya harus untung. Mereka juga melihat prospek capital gain. Kalau bisa bayar bertahap, kenapa tidak, selama hal itu menguntungkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.