Namun pembangunan jalan ini malah memberikan masalah baru bagi penduduk kota. masalah klasik perkotaan seperti polusi, panas, dan kekurangan lahan hijau melanda warga Seoul.
Menurut laporan European Centre for River Restoration, Sungai Cheonggyecheon mengalami degradasi parah. Kualitas perairannya sangat buruk.
Pada Juli 2003, atas beberapa saran, wali kota Seoul Lee Myung-bak, kemudian memiliki inisiatif untuk mengembalikan fungsi sungai sekaligus menambah ruang pubilk.
Pemerintah kemudian membentuk Badan Pemulihan Sungai Cheonggyecheon yang berfokus pada riset, pengembangan, dan perencanaan. Badan ini juga bertugas untuk memberi edukasi serta pengertian kepada masyarakat.
Baca juga: Revitalisasi Kali Besar dan Inspirasi dari Sungai Cheonggyecheon
Hasilnya, Pemerintah Seoul menyingkirkan jalan layang di atas sungai. Mereka juga menggali kembali sungai yang telah terkubur di bawah jalan selama lebih dari 30 tahun.
Pemerintah Seoul juga membangun ekosistem buatan baru sebagai pelengkap sungai.
Konstruksi ini selesai hanya dalam waktu 2,5 tahun. Sungai Cheonggyecheon akhirnya kembali menampakkan wujudnya.
Ruang baru ini kini memiliki panjang lebih dari 8 kilometer dengan taman seluas 400 hektar.
Pada 2005, Sungai Cheonggyecheon kembali dikenalkan ke publik Seoul.
Selain itu, pemerintah juga harus menyediakan jalan keluar bagi 160.000 kendaraan yang melintas di atas jalan tersebut setiap harinya.
Untuk mengatasi masalah transportasi, pemerintah Seoul lalu mengembangkan sistem Bus Rapid Transit secara besar-besaran. Layanan BRT juga terintegrasi dengan berbagai moda transportasi publik di Seoul.
Proyek ini tidak sekadar menyediakan fasilitas dan ruang terbuka hijau bagi masyarakat. Lebih dari itu, pembangunan kembali Sungai Cheonggyecheon juga turut menjadi media edukasi bagi masyarakat tentang petingnya penggunaan transportasi publik.
Hasilnya, penggunaan kendaraan pribadi berkurang dan transportasi publik pun semakin berkembang.