KOMPAS.com - Jika Schoemaker banyak merancang bangunan kolonial di Bandung, maka Karsten terkenal sebagai perancang gedung-gedung di Semarang.
Herman Thomas Karsten (1884-1945) adalah arsitek besar di awal abad ke-20. Dari hasil karyanya lah ia sering disebut “Perancang Modernisme Semarang”. Bahkan kota Lumpia ini juga juga kerap disebut sebagai kotanya Karsten sejak zaman kolonial.
Arsitektur rancangan Karsten memiliki ciri khas, yakni mengandung nilai kemanusiaan dan kepedulian terhadap lingkungan.
Dalam merancang setiap bangunan, Karsten juga selalu mempertimbangkan iklim tropis di Nusantara.
Tak hanya merancang bangunan, Karsten juga terlibat dalam perencanaan beberapa proyek pembangunan di berbagai kota, seperti Batavia, Pasar Johang Semarang, hingga Stasiun Solo Balapan.
Beberapa rancangan Karsten antara lain:
Pasar Johar
Bangunan pasar ini dinilai luar biasa karena Karsten mampu memadukan penyinaran matahari, perilaku pengguna pasar, interaksi masyarakat dan kehidupan hewan.
Pasar Johar dirancang sebagai bangunan dua tingkat dengan struktur cendawan, khas bangunan Eropa. Lantai atas khusus untuk area daging dan ikan agar bebas dari serbuan lalat.
Karsten juga membuat lantai pasar lebih tinggi dari jalan, agar kuli panggul dapat menurunkan dan mengangkat barang dengan mudah.
Tempat ini dibangun dengan struktur beton bertulang yang mampu menahan bentangan maksimal. Lubang atap juga didesain agar sinar matahari mampu masuk dan menyinari keseluruhan pasar, dengan kesan unik dan artistik.
Namun sayang, pada tahun 2016 pasar ini terbakar, dan hingga kini pembangunan pasar masih terus berlangsung.
Stasiun Solo Balapan
Stasiun ini dibangun oleh perusahaan kereta Hindia Belanda, Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij padatahun 1873. Solo Balapan juga merupakan stasiun tertua di Indonesia.