Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arsitektur Tradisional Kudus, Rumah sebagai Sarana Dakwah

Kompas.com - 18/07/2018, 16:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Riwayat Kudus tak lepas dari nama pendirinya, Sunan Kudus, Sunan Muria. Konon menurut cerita, nama Kudus berasal dari kata A-Quds, yang berarti suci atau kesucian.

Kini Kudus terkenal karena industrinya yang berkembang pesat, terutama industri rokok, makanan, dan lain-lain.

Arsitekur terkenal yang jadi ikon daerah ini adalah Menara Masjid Kudus yang menyerupai Candi Singasari.

Tak hanya menara masjid, Kudus ternyata juga memiliki peninggalan lain di bidang arsitektur yakni rumah tinggal yang sarat makna dan nilai sosio kultural.

Bangunan rumah Kudus banyak ditemukan di daerah Kudus Kulon, yang mayoritas dihuni oleh para pengusaha dan pedagang.

Rumah adat Kudus memiliki atap yang disebut dengan Pencu. Bangunan rumah didominasi dengan ukiran khas Kudus.

Bukan Sekadar Rumah, Juga Sarana Dakwah

Nilai religius tampak pada ciri arsitektur rumah tradisional Kudus. Bangunan rumah terbuat dari kayu berukuran besar dan tebal.

Uniknya, seluruh kayu yang terpasang sama sekali tidak dipaku layaknya rumah pada umumnya, namun hanya “dipantek” dengan kayu yang memiliki ukuran sama dengan paku besi.

Seluruh dinding, tiang, atap, penyekat, jendela, dan pintu terbuat dari kayu jati. Dari keseluruhan kayu jati yang digunakan, hanya bagian dinding kanan, kiri, dan belakang yang polos. Sisanya diukir dengan motf ukiran khas Kudus, seperti dikutip dari Harian Kompas, 12 April 1990.

Pada bagian ruang dalam yang disebut Gedongan dijadikan sebagai mihrab atau tempat Imam memimpin salat.

Tempat ini juga dikaitkan dengan makna simbolis sebagai tempat yang disucikan, sakral, dan dikeramatkan.

Gedongan juga merangkap sebagai tempat tidur utama yang dihormati pada waktu-waktu tertentu juga digunakan sebagai ruang tidur pengantin.

Rumah Adat Kudus Di Museum Kretek.

SUPRAPTO
01-09-2014SUPRAPTO Rumah Adat Kudus Di Museum Kretek. SUPRAPTO 01-09-2014
Harian Kompas, 2 September 2001 menyebutkan, ruang depan disebut dengan Jaga Satru disediakan bagi umat dan dibagi menjadi dua bagian. Sebelah kiri untuk jamaah wanita dan sebelah kanan untuk pria.

Masih di area Jaga Satru, pada bagian depan pintu masuk terdapat satu buah tiang di tengah ruang yang disebut Soko Geder atau tiang keseimbangan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau