JAKARTA, KOMPAS.com - Menjelang Asian Games 2018, Timmy juga membantu persiapan Indonesia sebagai tuan rumah. Namun, dia tidak terlibat langsung dalam desain infrastruktur olahraga, tetapi sebagai penasihat.
Dia mengaku menyerahkan dan memercayakan pekerjaan desain venue Asian Games ini kepada para arsitek yang lebih mudah dan menurutnya lebih energetik.
Timmy hanya membantu menyiapkan materi desain, lalu memberikannya kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk kemudian dikerjakan oleh para pihak yang terlibat.
“Kalau di Asian Games sekarang saya diminta jadi penasihat atau dewan pakar, pengerjaan diserahkan ke yang muda-muda. Semua materi kami yang awali, lalu dikasih ke Kementerian PUPR,” imbuh pria yang juga berprofesi sebagai dosen arsitektur ini.
Baca juga: Mengenal Timmy Setiawan, Arsitek Indonesia Berstandar FIFA (I)
Untuk kepengurusan Persatuan Sepakbola Seluruh Indoneia (PSSI), dia mengaku sebagai ketua di komite lisensi.
Tugasnya adalah menentukan klub mana yang berhak mendapatkan lisensi, antara lain dengan mengadakan workshop tentang keamanan infrastruktur sepak bola untuk klub yang mengikuti liga di Indonesia.
Timmy akan merasa sangat menyesal dan berdosa bila suatu bangunan olahraga dibangun dengan dana yang terbatas, tetapi didirikan dengan asal-asalan, apalagi kalau sampai ada kesalahan.
Menurut dia, banyak hal secara teknis yang perlu diperhatikan, misalnya organisasi ruang dan sistem hubungannya.
Contoh lain yaitu saat membuat sudut kemiringan untuk kursi penonton. Itu juga harus diperhatikan agar jangan sampai penonton di kursi bagian atas tidak bisa melihat pertandingan di lapangan sepak bola.
Kiprah dalam profesi dan organisasi
Di luar dunia sepak bola, Timmy juga mempunyai pekerjaan sebagai konsultan yang menangani pembangunan gedung ataupun renovasi.
Ada juga kliennya dari perusahaan swasta, tetapi tidak banyak jumlahnya.
Timmy juga berprofesi sebagai dosen arsitektur di Universitas Tarumanegara sebagai almamaternya.